Lakoni Akhir Pekan, IHSG Masih Dalam Tekanan
ilustrasi papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Dok/EmitenNews
EmitenNews.com - Dipimpin Kospi minus 1,56 persen, indeks saham di Asia kemarin, Kamis (30/5), mayoritas ditutup melemah. Itu terjadi di tengah ketakutan inflasi sulit turun akan mengundang suku bunga untuk bertahan di level tinggi. Selain itu, ada aksi ambil untung (profit-taking) atas saham-saham sektor teknologi.
Harapan atas pemangkasan suku bunga acuan di AS tahun ini perlahan mulai pupus dengan sejumlah pernyataan tegas (hawkish) dari para pejabat tinggi bank sentral AS (Federal Reserve) belakangan ini yang menggarisbawahi niat mereka untuk mempertahankan suku bunga selama yang diperlukan untuk melawan lonjakan inflasi.
Alasan utama penundaan penurunan suku bunga adalah karena tekanan inflasi yang membebani ekonomi sebagian besar didorong oleh sisa-sisa dampak pandemi, mulai dari sewa tempat tinggal, asuransi mobil, hingga biaya rumah sakit. Meskipun para pejabat tinggi Federal Reserve mengatakan mereka memperkirakan inflasi pada akhirnya akan mereda, mereka telah mengisyaratkan bahwa mereka siap untuk menunggu selama yang diperlukan.
Dari sisi makroekonomi, investor mengantisipasi rilis data Industrial Production dari Jepang dan Korea Selatan serta rilis data resmi Purchasing Managers' Index (PMI) Tiongkok besok. Aktivitas sektor manufaktur Tiongkok di bulan Mei diprediksi ekspansi dengan laju yang sama dengan bulan sebelumnya, memperkuat pandangan bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok masih cukup lemah atau rentan. Data resmi Manufacturing PMI Tiongkok diramalkan berada di level 50.4 di bulan Mei, tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah turun menjelang rilis data dari Energy Information Administration (EIA) malam ini dan setelah ketahanan aktivitas ekonomi AS memberi indikasi suku bunga akan bertahan di level yang tinggi untuk waktu yang lebih lama sehingga berpotensi memberi pukulan telak atas permintaan minyak mentah.
Melihat kondisi tersebut, CEO Yugen Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan bahwa IHSG diperkirakan masih akan bergerak pada level support 7002 dan resistance di level 7203.
Lebih lanjut, William menambahkan, mengakhiri bulan kelima di tahun 2024, IHSG masih betah untuk bergerak dalam rentang konsolidasi wajar, di tengah fluktuasi nilai tukar, peluang terjadinya koreksi wajar masih terlihat dan dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian secara bertahap.
“Hari ini IHSG berpotensi terkoreksi,” tandas William, Jum’at (31/5/2024).
Saham pilihan untuk akhir pekan ini adalah SMRA, PWON, BSDE, ASRI, BBCA, ICBP, KLBF, TLKM dan ASII.
Related News
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun
Parah! 97.000 Anggota TNI/Polri dan 80.000 Anak U-10 Main Judi Online