EmitenNews.com - Sektor perbankan nasional saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah likuiditas. Namun di tengah tantangan tersebut, Bank Woori Saudara Tbk (BWS) atau (SDRA) mampu memanfaatkan momentum untuk memperkuat likuiditas dan melakukan diversifikasi sumber pendanaan.

Likuiditas di sektor perbankan yang mengetat direspons oleh otoritas moneter nasional Bank Indonesia (BI) dengan memberikan kebijakan yang lebih longgar melalui peningkatan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) menjadi 35% dari 30%.

Selain itu, BI juga menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 basis point (bps) menjadi 5% menjadi 4% untuk Bank Umum Konvensional (BUK), dengan fleksibilitas repo sebesar 4%, dan rasio PLM syariah sebesar 100 bps dari 3,5% menjadi 2,5% untuk Bank Umum Syariah (BUS), dengan fleksibilitas repo sebesar 2,5%.

Kebijakan ini merespons persaingan bank dalam mendapatkan dana murah yang meningkat di tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mulai termoderasi.

Selang sebulan kebijakan tersebut ditetapkan oleh BI pada Mei 2025, salah satu bank asal Korea yang beroperasi di Indonesia yaitu BWS berhasil mengamankan tambahan likuiditas bernilai jumbo.  Tambahan likuiditas ini berasal dari induknya yaitu Woori Bank Korea (WBK).

Pada Juni 2025, BI telah menyetujui BWS untuk mendapatkan sumber pendanaan non Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Perusahaan induk dan cabang afiliasinya sampai dengan USD500 juta. Tambahan likuiditas segar ini nantinya akan memposisikan BWS sebagai bank yang leading dari sisi likuiditas.

Dengan adanya tambahan likuiditas, diharapkan biaya atas dana atau Cost of Fund (CoF) BWS akan tetap terjaga sehingga mampu menjaga profitabilitas bank terutama dari sisi marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).

Dukungan dari Perusahaan induk yang kuat ini juga membuat lembaga pemeringkat global yaitu FitchRatings untuk Indonesia sebagai subsidiary memberikan peringkat AAA (idn) untuk BWS.

Mengacu pada Laporan Keuangan Bulanan (Bank Only) pada Mei 2025, BWS mencatatkan rasio Loan to Deposit (LDR) sebesar 153%. Meskipun di atas 100%, akan tetapi hal ini hanya membandingkan kredit terhadap DPK.

Sementara itu BWS juga masih memiliki sumber pendanaan lain berupa pinjaman atau pembiayaan sebesar Rp10,1 triliun pada Mei 2025.

Hal tersebut akan semakin membuat likuiditas BWS tetap longgar sehingga mampu untuk tetap memacu penyaluran kredit serta menjaga kepercayaan nasabah.

BWS merupakan bank hasil merger antara Bank Himpunan Saudara dengan Bank Woori Indonesia asal Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia dengan total aset per Mei 2025 sebesar Rp57,8 triliun dan masuk KBMI II dengan modal inti yang tebal.  Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BWS per Mei 2025 mencapai 30,5% yang jauh mengungguli rata-rata CAR perbankan nasional yang berkisar di antara 20%-25%.