Mekanisme Suspensi Saham Sudah Saatnya Dihapus dari Bursa
Ilustrasi suspensi.
Ada anggapan bahwa suspensi bertujuan untuk mendinginkan pasar atau cooling down. Namun, realitas psikologis pasar sering kali menunjukkan hal sebaliknya. Suspensi justru menumpuk kepanikan.
Bayangkan sebuah saham yang sedang turun tajam tiba-tiba dihentikan perdagangannya. Para pemegang saham yang belum sempat menjual akan merasa terjebak. Rasa takut mereka tidak hilang. Rasa takut itu justru terakumulasi dan membesar selama masa suspensi.
Ketika gembok suspensi akhirnya dibuka, yang terjadi bukanlah perdagangan rasional, melainkan ledakan kepanikan. Semua orang berebut di pintu keluar yang sempit secara bersamaan. Akibatnya, harga saham sering kali langsung jatuh menyentuh batas bawah atau Auto Rejection Bawah (ARB) berjilid-jilid segera setelah suspensi dicabut.
Investor yang tadinya mungkin masih bisa keluar dengan kerugian 10%, akhirnya baru bisa keluar dengan kerugian 50% karena antrian jual yang menumpuk akibat efek psikologis dari suspensi itu.
Dengan meniadakan suspensi, pasar dibiarkan mencari keseimbangan harga secara natural, atau yang kita sebut price discovery. Mungkin harga akan jatuh tajam, tapi setidaknya investor memiliki kesempatan keluar dalam setiap titik harga tersebut.
Pasar yang efisien adalah yang tidak dihambat pergerakannya. Membiarkan harga bergerak bebas, seekstrem apa pun, adalah cara terbaik untuk membuang ekses spekulasi dan mengembalikan harga ke nilai wajarnya dengan cepat.
Belajar dari Pasar Maju : Circuit Breaker vs Suspensi Berkepanjangan
Jika melihat ke pasar modal negara maju seperti Amerika Serikat, mereka jarang sekali melakukan suspensi saham individual dalam waktu lama hanya karena volatilitas harga, kecuali ada indikasi penipuan atau fraud yang jelas atau menunggu pengumuman korporasi yang sangat material.
Yang mereka terapkan adalah mekanisme Trading Halt atau Circuit Breaker yang bersifat sangat sementara, biasanya hanya 5 hingga 15 menit, untuk memberi jeda sejenak bagi sistem pencocokan order. Setelah beberapa menit, perdagangan dilanjutkan kembali.
Indonesia seharusnya bergerak ke arah sana. Harus bisa membedakan antara suspensi karena pelanggaran hukum dengan suspensi karena pergerakan harga. Jika sebuah emiten terbukti memalsukan laporan keuangan atau direksinya kabur, maka suspensi mutlak diperlukan untuk melindungi investor baru agar tidak masuk lubang buaya.
Namun, jika suspensi dilakukan hanya karena saham tersebut naik atau turun terlalu drastis akibat mekanisme permintaan dan penawaran murni, maka itu adalah intervensi yang berlebihan.
Regulator seharusnya fokus pada pengawasan transaksi, bukan penghentian transaksi. Jika ada pergerakan harga yang tidak wajar, tugas regulator adalah menyelidiki siapa yang berdagang, apakah ada manipulasi pasar, atau ada indikasi saham gorengan bandar.
Biarkan perdagangan tetap berjalan sambil penyelidikan dilakukan di belakang layar. Menghukum seluruh pemegang saham dengan membekukan aset mereka karena ulah segelintir bandar yang menggerakkan harga adalah tindakan yang tidak proporsional.
Kesimpulan : Menuju Pasar yang Dewasa dan Mandiri
Sebagai penutup, menghadapi tahun 2026 yang penuh tantangan, pasar modal Indonesia harus naik kelas. Tidak bisa selamanya memperlakukan investor seperti anak kecil yang harus dilarang bermain saat permainan menjadi terlalu kasar.
Penghapusan suspensi saham akibat volatilitas harga adalah langkah radikal namun perlu untuk menciptakan ekosistem investasi yang lebih sehat, likuid, dan adil.
Langkah ini akan mendorong investor untuk bertanggung jawab penuh atas keputusan investasi mereka. Ini akan mengajarkan bahwa pasar saham adalah tempat yang serius, dengan keuntungan tinggi selalu berbanding lurus dengan risiko tinggi.
Related News
Meneropong Risiko Saham Pasca-IPO
Outlook Masa Depan Bisnis Pertanian
Tantangan Inovasi Properti Indonesia 2026
Menakar Rencana Penghapusan Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 1
Non-Cancellation Period Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Trader
Pembelajaran Penting dari Kasus Hilangnya Dana Investor Saham





