Menakar Tantangan Ekonomi 2024 dan Peluang Stabilitas IHSG Jelang Pemilu
EmitenNews.com -Pergerakan investasi di Indonesia masih terus menghadapi tantangan yang datang silih berganti. Secara sentimen ada dari global dimana tantangan perang di laut merah dan harga minyak mentah cukup menjadi perhatian utama para ekonom.
Tak sampai disitu, tantangan ekonomi juga hadir dari faktor eksternal karena kebijakan The Fed. Lebih spesifik lagi stabilitas IHSG masih terus diuji jelang pemilu di 14 Februari 2024 mendatang.
Namun, ada sedikit angin segar untuk Pasar Modal Indonesia dengan hadirnya momentum rilis laporan keuangan yang diprediksi akan jauh lebih baik dari sebelumnya dan juga pembagian dividen emiten yang akan menjadi pemantik bagi pada investor.
Ya, seperi diketahui Laut Merah menjadi lapangan tempur setelah AS kembali melakukan serangkaian serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman, memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas dan gangguan pasokan lebih lanjut. Banyak kapal tanker minyak menghindari Laut Merah dan Terusan Suez karena serangan Houthi, mengambil rute alternatif yang lebih panjang yang dapat meningkatkan biaya pengiriman.
Sebagai catatan, harga minyak mentah saat ini masih jauh lebih tinggi vs kisaran pergerakan harga minyak mentah pada tahun 2016-2019 dijual di kisaran USD40-60/barel.
Menurut riset yang dikeluarkan oleh Sinarmas Sekuritas, pemilu meningkatkan ekspektasi pertumbuhan. Pengeluaran lembaga nirlaba (non-profit) biasanya naik pada tahun pemilu.
Belanja lembaga nirlaba akan meredam perlambatan konsumsi, sementara target pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dari semua kandidat Presiden dapat meningkatkan ekspektasi pasar, namun masih dibutuhkan rincian lebih lanjut.
Saat ini sektor banking masih menguasai bobot keseluruhan IHSg dengan BBCA sebesar 9,1 persen, BBRI 9,1 persen dan BMRI sebesar 7,7 persen, lalu disusul oleh TLKM 6,42 persen, BYAN 4,40 persen, ASII 3,54 persen dan BREN 4,05 persen. Sedangkan sisanya sebesar 55,77 persen terbagi atas semua emiten.
Tahun 2024, BEI menargetkan sekitar 62 perusahaan dapat tercatat menjadi perusahaan publik lewat gelaran penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Jumlah ini memang lebih rendah dari realisasi pada tahun lalu yang mencapai 79 emiten.
Peningkatan ekspektasi pertumbuhan pasca pemilu dapat memicu masuknya dana Asing. Sinarmas Sekuritas memperkirakan peningkatan upgrade ekspektasi pertumbuhan laba pasca pemilu dapat memicu aliran dana asing masuk ke ekuitas Indonesia, mengingat tingkat kepemilikan asing di pasar ekuitas Indonesia sudah rendah.
Related News
KAGAMA-MBA Bahas Ekonomi Hijau Menuju Indonesia Emas 2045
Roundtable US-ABC, Menko Airlangga Jabarkan Ekonomi Indonesia
Kupas Tuntas Strategi Indonesia Hadapi Tantangan Ekonomi 2025
Indonesia, Tantangan Pemberantasan Korupsi Butuh Komitmen Pemerintah
Dari CEO Forum Inggris, Presiden Raih Komitmen Investasi USD8,5 Miliar
Menteri LH Ungkap Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Awal 2025