EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,56 persen menjadi 8.521. Itu setelah sempat menyentuh 8.574 sebagai level tertinggi baru intraday. Setelah penguatan signifikan sehari sebelumnya, indeks ditutup melemah akibat profit taking.

Saham sektor properti mengalami koreksi terbesar, dan saham sektor industrial membukukan penguatan terbesar. Rupiah berlanjut menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di sekitar level Rp16.655 per USD. Lompatan rupiah terjadi di tengah pelemahan USD menyusul penguatan ekspektasi penurunan suku bunga the Fed pada Desember 2025.

Amerika Serikat (AS) akan merilis data durable goods orders September 2025 diperkirakan tumbuh 0,2 persen MoM dari Agustus 2025 di kisaran 2,9 persen MoM. Investor menanti data ekonomi AS tertunda akibat government shutdown beberapa waktu lalu. Data tenaga kerja dan inflasi sangat dinanti investor.

Itu penting untuk mencari indikasi bagaimana langkah kebijakan moneter The Fed pada pertemuan 9-10 Desember 2025 mendatang. Secara teknikal, terjadi death cross di Stochastic RSI, namun histogram MACD masih bertahan di area positif. Indeks juga masih bertahan di atas level MA5. 

Penguatan indeks global berpotensi menjadi faktor positif. Sehingga diperkirakan indeks bergerak cenderung menguat menguji resistance di 8.570-8.600. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan investor mengoleksi saham TINS, ASII, PYFA, ISAT, dan KLBF sebagai bahan investasi. (*)