Menkeu Waspadai Perlambatan Penerimaan Negara Dampak Geopolitik Global

Menkeu mewaspadai perlambatan penerimaan negara dampak ketegangan geopolitik ekonomi global
EmitenNews.com - Kondisi ekonomi global saat ini masih terus diwarnai oleh ketegangan geopolitik yang mengancam stabilitas. Dalam hal ini, ketegangan antara Iran dan Israel memiliki risiko bagi perekonomian dunia karena berdampak terhadap pergerakan harga minyak.
Di sisi lain, kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih tumbuh baik namun inflasi belum menurun pada level yang diharapkan, mendorong Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk menunda penurunan suku bunga sehingga memicu kekhawatiran akan arus modal keluar atau capital outflow.
Dinamika tersebut di atas membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan. IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di angka 3,2. Sementara OECD dan Bank Dunia memproyeksi di angka yang lebih rendah yaitu 2,9 dan 2,4.
Untuk inflasi, proyeksi inflasi dunia rata-rata ada di angka 5,9 dan ini turun dari angka 6,8 di tahun sebelumnya. Begitu juga untuk inflasi negara-negara maju yang sudah menurun di level 2,6. Sementara untuk negara berkembang, proyeksi inflasi tahun ini ada di level 8,3.
Meskipun situasi global menunjukkan tanda-tanda perlambatan, Indonesia mempertahankan aktivitas manufaktur yang ekspansif, serta indeks kepercayaan konsumen yang masih tinggi di angka 127,7. Hal itu menbuat ekonomi Indonesia kembali tumbuh menguat di triwulan I-2024 mencapai 5,11 persen.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai, sektor konsumsi rumah tangga masih menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi ini.
“Growth kita yang sudah disampaikan oleh BPS di 5,11 itu relatif dilihat dari sisi yang cukup menggembirakan meskipun tentu kita harus lihat berbagai faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ini satu konsumsi rumah tangga ada sedikit di bawah 5%, yaitu dari 4,9.
Namun kalau kita lihat 3 tahun berturu-turut pertumbuhan konsumsi rumah tangga di 4,9 atau bahkan tahun lalu 4,8 itu relatively comparable,” jelas Menkeu dalam konferensi pers APBN Kita April 2024.(*)
Related News

BTN Syariah Jelang Spin-Off

Pemerintah Luncurkan Proyek Hilirisasi USD45 Miliar, Juni 2025

Pacu Daya Saing Minyak Atsiri Kemenperin Gelar Aromatika Indofest 2025

Jadi Komoditas Unggulan, Nilai Ekspor Minyak Atsiri Capai Rp4,2T

Djaka Budi Utama, Dirjen Bea Cukai Kemenkeu Ketiga Berlatar Militer

Menkeu Akhirnya Lantik Dirjen Pajak dan Bea Cukai yang Baru