EmitenNews.com - Merck (MERK) bakal menggulirkan dividen final Rp143 miliar. Alokasi dividen itu, sekitar 80 persen dari torehan Laba Bersih 2023 sejumlah Rp178 miliar. Dengan keputusan itu, para investor akan mengoleksi dividen Rp320 per saham.

Evie Yulin, Presiden Direktur Merck menyebut tahun lalu penuh perubahan, berdampak pada bisnis perseroan. Selain perubahan peraturan dan kondisi dalam pasar privat, segmen usaha bahan baku obat perseroan telah berakhir efektif pada 31 Maret 2023. Perseroan juga telah mengantisipasi penuh perjanjian manufacturing service untuk memproduksi produk-produk residu Consumer Health akan berakhir pada 2025. 

Oleh karena itu, sudah sejak lama fokus utama perseroan adalah pengembangan bisnis obat resep (divisi Biopharma). Terlepas dari tantangan itu, perseroan mampu menunjukkan ketahanan sepanjang 2023 dengan total penghasilan komprehensif tumbuh 1 persen menjadi Rp182 miliar dari sebelumnya Rp181 miliar. 

”Perseroan juga mencatat berbagai pencapaian di tahun 2023. Salah satunya dengan peluncuran produk baru, tablet Cladribine, untuk mengobati penyakit multipel sklerosis pada orang dewasa,” tutur Evie. 

Sepanjang 2023, perseroan mencatat pendapatan Rp961 miliar, turun 14,5 persen dari episode sama 2022 senilai Rp1,12 triliun. Laba usaha susut 16,5 persen menjadi Rp200 miliar dari edisi sama 2022 senilai Rp239 miliar. Laba melorot 1 persen menjadi Rp178 miliar dari periode sama 2022 sejumlah Rp180 miliar.

Total aset tercatat Rp958 miliar turun 8 persen dibanding edisi 2022. Liabilitas mengalami koreksi 42 persen menjadi Rp162 miliar dibanding periode 2022 karena utang usaha lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Ekuitas meningkat 5 persen menjadi Rp796 miliar karena lonjakan saldo laba. Rasio liabilitas terhadap total aset tercatat 0,17 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya 0,27. 

Itu karena tidak ada perubahan mengenai kemampuan perseroan dalam membayar kewajiban secara tepat waktu. Selanjutnya, rasio laba terhadap aset (ROA) meningkat 18,61 persen dari posisi sama 2022 sebesar 17,33 persen. Sedang rasio laba terhadap ekuitas (ROE) turun menjadi 22,40 persen dari akhir 2022 sebesar 23,75 persen. 

Sepanjang kuartal pertama 2024, perseroan berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan divisi obat-obatan resep (Biopharma) pasar domestik 6,1 persen menjadi Rp170 miliar dari edisi sama tahun lalu senilai Rp160 miliar. Itu didukung pertumbuhan penjualan produk general medicine 89,2 persen karena lonjakan permintaan pasar. 

Sementara itu, produk hormon tumbuh 33,2 persen dengan adanya perluasan area penjualan. Segmen produk onkologi juga meningkat 11,1 persen dari tahun sebelumnya. Lalu, kelompok produk kardio tumbuh 3,6 persen. Sementara produk diabetes, turun 7,2 persen tetap berkontribusi terhadap penjualan divisi obat-obatan resep (Biopharma) dengan total 23 persen. Secara total pada kuartal pertama 2024, perseroan mencatat pendapatan Rp249 miliar, dan laba usaha Rp28 miliar. (*)