EmitenNews.com - Mirae Asset Sekuritas melihat value transaksi yang terjadi pada bulan lalu dan bulan ini sudah mengalami peningkatan cukup signifikan di mana pada bulan lalu atau di semester I-2021, Kita masih melihat transaksi beli rata-rata di Rp10 sampai Rp12 triliun per hari dan mulai 1 bulan terakhir atau bulan ini transaksi sudah bisa menembus Rp15 triliun per hari.


Artinya ada yang dilihat pelaku pasar terhadap kondisi saat ini, apalagi ketika kemarin IHSG di level 6300 sudah bisa dilewati dan sekarang mulai digaungkan arah ke 6500 sampai dengan 6800. "Mirae asset sendiri Memang menargetkan di akhir tahun 6880 dan Kita melihat bahwa masalah yang akan muncul di depan ini seputar Evergrande kemudian juga ada tapering dan kemudian shutdown dari pemerintahan AS," ujar Roger Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas kepada Media, Kamis (7/10/2021).


Mirae melihat halangan atau masalah-masalah tersebut diatas sepertinya sudah mulai mereda saat ini, tapi tidak menutup kemungkinan masalah tersebut bisa diangkat kembali untuk bisa menekan market. Jadi kami optimis mungkin sejak bulan ini udah mulai terlihat windows dressing, kalau melihat dari laporan keuangan sampai dengan semester 2 dan kita juga nanti melihat di Kuartal 3 nanti di Oktober sampai dengan November mungkin manajer investasi akan melihat mana yang punya peluang untuk melanjutkan tren kenaikan. 


"Soalnya kita bisa melihat dari hasil laporan keuangan Kuartal 3. Jadi kemungkinan besar windows dressing ini akan terjadi setelah laporan keuangan Kuartal 3 mayoritas ini kemungkinan sudah rilis di November dan Desember'," kata Roger.


Sementara itu, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengatakan, proyeksi sektor new ekonomi terutama perusahaan teknologi dan e-commerce pada waktu itu kan memang terjadi euforia. Memang terjadi kenaikan pada pergerakan harga saham yang berbasis di sektor new ekonomi, mengingat pandemi covid sehingga terjadi pergeseran gaya hidup konsumen yang beralih ke sektor new ekonomi yang memang juga lebih erat kaitannya dengan sektor teknologi.


Kedua sektor tersebut untuk teknologi dan informasi ini kan juga menciptakan ekosistem yang baru bisa berhubungan. Sentimen positif terhadap sektor tersebut turut mendongkrak sektor-sektor lainnya. Kita bisa melihat penggunaan teknologi yang diterapkan masyarakat semakin meningkat. Utamanya teknologi ini menjadi pendukung dan berpartisipasi aktif bagi UMKM dalam rangka mengembangkan usaha di tengah pandemi. Kita juga harus mengakui memang pandemi ini telah mendorong perkembangan teknologi di Indonesia yang semakin pesat. 


Adapun misalkan untuk resiko investasi di sektor new economy ataupun lainnya memang terdapat beberapa emiten yang misalnya masih belum menunjukkan kinerja laba bersih dari kadar tertentu.


Namun kita tahu ini sektor new economy ini masih baru berkembang. Tetapi untuk kedepannya kalau dengan adanya perkembangan pesat daripada teknologi dan e-commerce tersebut juga tentu diharapkan agar supaya bisa meningkatkan konektivitas di bidang digital serta berpotensi memberikan kinerja positif bagi investasi tersebut secara jangka panjang.


Karena memang untuk perkembangan teknologi maupun juga e-commerce ini kedepannya memang merupakan suatu keniscayaan, meskipun kalau misalkan kita sudah berhasil melewati pandemi covid ini akan ada perubahan gaya hidup dari para pelaku konsumen.


Pada saat pandemi lalu para pelaku pasar lebih cenderung memilih yang hanya new economy dibandingkan dengan old economy yang secara otomatis terjadi euforia. Adapun resiko investasi misalkan terjadi peralihan kembali old economy yang mungkin untuk sementara new economy mengalami masa masa peralihan dengan koreksi wajar terlebih dahulu hingga euforia akan penyebab kenaikan harga saham blue chip ini mereda dan terjadi rotasi kembali.


Namun nanti pelaku pasar akan mencermati kembali mencermati new economy seiring potensi euforia baru. Terkait ekspansi bisnis emiten, kalau menurut saya memang sebenarnya setiap emiten yang melakukan rencana ekspansi bisnis yang merupakan aksi korporasi tentunya sangat di apresiasi oleh para pelaku pasar dalam rangka untuk meningkatkan penetrasi pasar pula sehingga kalau misalkan jika pasar sudah sudah terjadi apresiasi dari pasar ini juga meningkat prestise dari emiten tersebut. Bahkan bisa meningkatkan kinerja perusahaan tersebut bahkan otomatis juga sangat potensial yang didorong oleh perkembangan industri teknologi, new ekonomi maupun e-commerce dari tahun ketahun itu menunjukkan tren yang positif. Jadi wajar saja perusahaan-perusahaan teknologi tersebut bergerak lebih ekspansif, ujar Nafan Aji. 


Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas menambahkan bahwa melihat itu hal yang wajar bagi manajer investasi ini untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi. Karena untuk mengimbangi portofolio yang mereka memiliki dengan kombinasi untuk perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan yang stabil, seperti old economy dan juga new economy yang punya pertumbuhan lebih tinggi, jadi ini sangat lah wajar untuk membentuk portofolio yang seimbang.


"Kemudian dari sisi resiko kita lihat di sini kalau untuk perusahaan seperti e-commerce dan perusahaan teknologi yang lebih baru itu adalah lebih kearah valuasi yang lebih tinggi, jadi memang harganya itu tidak murah," ujar Martha.


Terkait dengan aksi akuisisi emiten akan terus berlanjut. Apalagi dari perusahaan teknologi yang punya trus atau punya investor untuk injek dana jadi relatif punya kas yang besar dan mereka juga punya keinginan untuk membentuk ekosistem yang lengkap. Jadi kami kira aksi korporasi untuk akuisisi akan terus berlanjut, tutup Martha.