Soal utang proyek Whoosh menjadi polemik ramai di tengah proses negosiasi, setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bersuara lantang menolak membayar utang Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh menggunakan APBN.

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa mendorong SWF Indonesia Danantara terjun langsung menyelesaikannya. Ia menyebutkan, Danantara yang mendapatkan dividen dari seluruh BUMN sekitar Rp90 triliun per tahun, jelas memiliki likuiditas cukup untuk menutup sekitar Rp2 triliun biaya tahunan kereta cepat  Whoosh. 

Purbaya menyatakan Danantara juga telah berkomitmen memperbaiki penempatan dana yang sebelumnya masih banyak tersimpan dalam obligasi pemerintah. Danantara sebelumnya jadi sasaran kritik Purbaya karena hanya menaruh dana pemerintah ke instrumen obligasi.

Persoalannya, Danantara tegas menolak opsi dari Menteri Purbaya itu. Sebagai lembaga investasi, Danantara hanya akan akan memakai dananya, termasuk dari deviden BUMN, hanya untuk kepentingan investasi. Bukan untuk bayar utang. 

Ketua Dewan Energi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, yang mengaku sejak awal diserahi Presiden Jokowi menangani proyek itu, bersuara keras memastikan, tidak ada yang meminta menutupi utang itu dengan APBN. 

Menurut mantan Menko Maritim dan Investasi itu, yang diperlukan dalam masalah itu adalah restrukturisasi. Opung LBP mengaku, sejak tiga bulan lalu sudah berdialog dengan pihak China untuk merestrukturisasi utang Whoosh itu. Penyelesaiannya, kata dia, tinggal menunggu keputusan Presiden soal tim khusus yang melanjutkan negosiasi tersebut. Ia berkeyakinan dalam tahun ini, masalah yang ada beres sudah. ***