Terlebih Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi lokasi pelaksanaan SRG komoditas ikan dan rumput yang potensial karena merupakan daerah pengumpulan ikan dan rumput laut yang menghimpun ikan dan rumput laut dari beberapa lokasi seperti Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara.   

 

"Sulawesi Selatan juga terkenal dengan pendaratan telur ikan terbang yang merupakan komoditas ekspor bernilai tinggi.  Oleh karena itu, kami meminta pelaku usaha untuk selalu memperhatikan kelestarian spesies ikan terbang," papar Berny.  

 

Berdasarkan data terakhir dari Kementerian Perdagangan, penerbitan resi untuk komoditas telur ikan terbang telah mencapai 10,8 ton dan nilai Rp12,96 miliar dengan nilai pembiayaan dari bank BJB sebesar Rp8,5 miliar. 

 

Berny menambahkan para pembudidaya rumput laut di Sulawesi Selatan juga merasakan keuntungan dalam implementasi SRG. Selain memperkuat posisi tawar untuk harga jual produknya, program SRG bisa mengatasi kebutuhan modal usaha dengan menjaminkan hasil panen rumput laut yang diterbitkan resi gudang kepada lembaga pembiayaan dengan bunga yang kompetitif.

 

Sebagai informasi, Koperasi Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (KOSPERMINDO) di Makasar yang ditunjuk sebagai Pengelola SRG oleh Bappebti-Kemendag sejak 2013, telah menerbitkan resi gudang komoditas rumput laut dengan volume 3.125,9 ton dan nilai pembiayaan mencapai Rp16 miliar.

 

Sebelumnya Menteri Kelautan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menegaskan pentingnya menciptakan laut yang sehat, aman, tangguh, dan produktif bagi kesejahteraan bangsa melalui strategi pembangunan ekonomi biru.