OJK Bakal Ketok Free Float Saham 10 Persen
Potret perhelatan Media Gathering 2026 Pasar Modal Indonesia yang dilaksanakan pada Jumat hingga Minggu, 14-16 November 2025.
EmitenNews.com - Self-Regulatory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia yang terdiri atas Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan lembaga terkait lainnya menegaskan bahwa peningkatan free float dan penguatan investor institusi domestik akan menjadi fokus utama pengembangan pasar modal pada 2026.
Deputi Komisioner Pasar Modal, Perdagangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menegaskan bahwa peningkatan porsi saham publik atau free float merupakan kebutuhan mendesak demi meningkatkan likuiditas dan kualitas harga saham di bursa.
"Peningkatan free float sudah menjadi kajian serius, dan mudah-mudahan bisa segera kita terapkan,” ujar Inarno, dalam Media Gathering 2026, HUT ke-48 Pasar Modal di Ubud, Bali pada 14–16 November 2025.
Saat ini, free float rata-rata di pasar Indonesia masih sekitar 7,5%, jauh di bawah berbagai usulan DPR RI yang sempat mendorong peningkatan ke 25%, 30%, bahkan 40%.
Meski demikian, Inarno memastikan bahwa perubahan regulasi tidak akan dilakukan secara agresif. Kenaikan akan dilakukan bertahap untuk menghindari beban mendadak bagi emiten.
“Target kita memang 25%, tetapi tentu tidak bisa langsung ke sana. Dalam waktu dekat, kita akan naikkan dulu menjadi 10%,” jelasnya.
Penyesuaian free float juga akan diterapkan bagi emiten baru yang melakukan Initial Public Offering (IPO). Regulasi yang sedang disiapkan SRO menetapkan tahapan baru, Minimal 10%, kemudian 15%, hingga akhirnya menuju 25%.
“Arah kebijakannya jelas, free float emiten di Indonesia akan meningkat dari waktu ke waktu,” tegas Inarno.
Selain memperkuat sisi pasokan (supply), OJK juga menaruh perhatian besar pada penguatan sisi permintaan (demand), khususnya peningkatan peran investor institusi domestik yang dinilai masih stagnan.
Inarno menjelaskan bahwa meskipun jumlah investor terus bertumbuh pesat, komposisinya masih didominasi investor ritel. Hingga kini, jumlah SID telah mencapai 19,1 juta, tetapi kontribusi investor institusi dianggap belum optimal.
“Kami berharap peran investor institusi domestik bisa semakin besar di pasar modal,” ujarnya.
Related News
Tiga Saham Terbang Langsung Tersungkur Disorot BEI
Balik Arah! Dua Saham Kompak ARB Usai Diumumkan
Dua Saham Ngegas Hingga ARA Akhirnya Dihentikan
Saham Pengelola Hotel Kedaton (KDTN) Disorot, Langsung Terkapar!
Dua Saham Lepas Suspensi Panjang, Euforianya Langsung Lenyap
Emiten Mau Ganti Pengendali Keluar dari FCA, Sahamnya Nyungsep





