EmitenNews.com - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020, selain membuat korban berjatuhan, juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Strategi kebijakan gas dan rem pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 dinilai sangat mempengaruhi pemulihan ekonomi di setiap daerah. Khususnya daerah yang ditopang oleh sektor pariwisata seperti Bali.
Sebelum pandemi Covid-19, Bali menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Namun selama 2 tahun terakhir ekonomi di Pulau Dewata ini paling terpuruk di antara daerah-daerah di Indonesia.
"Begitu pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi di Bali menjadi yang paling rendah dan pemulihannya paling lambat," kata Peneliti Core Indonesia, Mohammad Faisal dalam Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021, di Jakarta, Rabu (29/12/2021).
Untungnya, kondisi tersebut hanya terjadi di Bali. Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah yang juga mengandalkan sektor pariwisata, tidak mengalami hal sama. Pertumbuhan ekonomi di kota pelajar tersebut sudah jauh lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta telah mencapai dua digit. Pertumbuhan ini terjadi karena ada sektor pendukung lainnya yang bisa mengerek perekonomian daerah. Yaitu, sektor industri pengolahan, informasi dan komunikasi, konstruksi dan pendidikan.
"Ini menjadi bantalan saat sektor pariwisata kontraksi, jadi empat sektor tersebut jadi peredam," kata Mohammad Faisal.
Seperti diketahui pada kuartal II-2021, pemerintah melakukan sejumlah kelonggaran di tengah pengetatan pandemi Covid-19. Sektor pariwisata pun menggeliat dengan pertumbuhan 58,8 persen. Begitu juga dengan Bali, namun angkanya jauh lebih rendah karena hanya mampu tumbuh 4,9 persen.
Pemulihan ekonomi di Bali sangat bergantung pada kebijakan transportasi udara. Sementara itu di Yogyakarta tidak begitu terpengaruh karena perjalanannya masih bisa ditempuh melalui jalur darat, baik menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi.
"Permintaan jasa pariwisata yang tertahan ini karena masyarakat khususnya dari Jabodetabek, tidak bisa ke Bali dan luar negeri lalu menjadikan Yogyakarta sebagai pilihan," katanya.
Akses darat menuju Yogyakarta telah memiliki jalur tol lintas Jawa yang sudah selesai. Dengan begitu masyarakat dari Jabodetabek ini bisa melakukan perjalanan darat. Mohammad Faisal mengatakan, di situlah letak perbedaan nasib Yogyakarta, dengan Pulau Dewata, Bali.
Dengan kondisi seperti itu, Mohammad Faisal menyarankan setiap daerah tidak bergantung pada satu sektor sebagai penggerak utama perekonomian. Semakin beragam sektor pengungkit ekonomi, akan membuat suatu daerah lebih berdaya tahan manakala salah satu sektor terguncang. ***
Related News
Jelang Tutup Tahun, DJP Rilis Sudah 11 Juta WP Aktivasi Coretax
Harga Emas Antam Hari ini Tetap di Rp2.501.000 per Gram
Ekonom: Perlu Evaluasi Ulang Kebijakan Sebelum Implementasi B50
Menteri Rosan Ungkap, Realisasi Investasi 2025 Tembus Rp1.905 Triliun
BI Rate 2025 vs 2024, Bagaimana Arah Kebijakan Bank Indonesia di 2026?
Wamenkeu: APBN di Daerah Harus Berorientasi pada Dampak dan Manfaat





