EmitenNews.com -Pada perdagangan minggu ini, Sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar Domestik adalah Tingkat inflasi tahunan Indonesia meningkat menjadi 2,56% pada Oktober 2023 dari level terendah dalam 19 bulan terakhir di bulan September sebesar 2,28%, dibandingkan dengan konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan 2,6%, masih berada dalam target bank sentral sebesar 2-4% selama enam bulan berturut-turut, terutama didorong oleh kenaikan harga makanan dan transportasi yang lebih cepat, dengan harga makanan naik paling tinggi dalam 7 bulan terakhir.

 

Dari sisi Regional, Pada minggu ini, PMI Manufaktur NBS resmi di China secara tak terduga turun menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,2 pada September, meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,2 yang menyoroti bahwa pemulihan ekonomi di negara tersebut masih rapuh dan lebih banyak langkah dukungan dari pemerintah diperlukan. 

 

Serta, PMI Manufaktur Umum Caixin China turun menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,6 pada September, meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,8. Angka tersebut menunjukkan kontraksi pertama di sektor manufaktur sejak Juli di tengah penurunan baru dalam produksi karena pemulihan ekonomi masih rapuh.

 

Kemudian, dari sentimen Global, Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis pada minggu ini (30/10-3/11/2023) menunjukkan beberapa sinyal yang beragam. Federal Reserve mempertahankan kisaran target suku bunga federal fund pada level tertinggi 22 tahun di 5,25%-5,5% untuk kedua kalinya berturut-turut di bulan November. 

 

Kemudian, Ekonomi AS menambahkan 150 ribu pekerjaan pada Oktober 2023, sekitar setengah dari 297 ribu yang direvisi turun pada bulan September, dan di bawah perkiraan pasar sebesar 180 ribu. Dan yang terakhir, Jumlah lowongan pekerjaan meningkat 56.000 dari bulan sebelumnya menjadi 9,55 juta pada September 2023, mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir dan melebihi konsensus pasar sebesar 9,25 juta.

 

Vivie Febriana analis dari Stocknow.id memproyeksikan IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat terbatas pada minggu depan (6-10/11/2023) dengan menguji level Resistance terdekatnya pada 6.850 dan Supportnya di level 6.705. Adapun sentimen yang mendorong penguatan IHSG pada minggu depan ada beberapa hal, yaitu keoptimisan para pelaku pasar pasca rilis data suku bunga Amerika Serikat yang mendorong kembali para investor untuk berinvestasi pada instrumen saham. Dengan didukung oleh optimisme pelaku pasar, diharapkan modal asing dapat menempatkan modal nya pada emerging country yang memiliki suku bunga tinggi dibandingkan negara maju.

 

Sentimen selanjutnya, harga komoditas masih belum dapat diprediksi keberlanjutannya di tengah-tengah konflik Israel dan hamas. Ditambah lagi, negara Sekutu Israel adalah Amerika dan China serta Korea Utara yang pro Palestina sama-sama sedang melakukan dukungan terhadap kedua negara tersebut yang menjadikan konflik ini semakin memanas dan dikhawatirkan dapat menyebabkan harga komoditas yang volatil pada minggu depan.

 

Datang dari Domestik, investor asing mulai melirik kembali pasar modal Indonesia yang mulai menguat pada minggu ini setelah beberapa minggu lalu mengalami tren penurunan dalam jangka menengah. Hal ini dikarenakan para investor sudah mulai melakukan readjustment portofolionya untuk diinvestasikan pada instrumen saham di negara berkembang yang memiliki nilai saham yang lebih murah.

 

Dari segi teknikal, IHSG membentuk candlestick Hammer dan menyisakan lower shadow yang cukup dalam. Hal ini menjadi indikasi bahwa IHSG sempat mengalami penurunan yang dalam tetapi sejak perilisan data suku bunga AS, para investor kembali optimis terhadap pasar saham dan menjadi pendongkrak IHSG pada minggu lalu. Dari indikator Stochastic, mulai bergerak dari area Oversold menuju area Netralnya. Serta, IHSG berpotensi menguji Resistance Dynamic pada MA 20.