EmitenNews.com -Bursa Efek Indonesia (BEI) mematok sejumlah target untuk 2024. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan target tahun depan merupakan tindak lanjut dari apa yang telah dilakukan BEI tahun ini.
"Jadi tahun depan adalah tidak lanjut dari apa yang kami lakukan di tahun ini. Dengan tetap fokus pada tiga hal. Perlindungan investor, pendalaman pasar, lalu sinergi dan konektivitas regional," kata Iman dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).
Bursa menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Rp 12,25 triliun. Lalu pencatatan efek ditargetkan mencapai 230 pencatatan efek, dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
"Target 2024 RNTH kita adalah Rp 12,25 triliun. Sementara kalau kita lihat RKAP revisi kita Rp 10,75 triliun itu sama dengan RNTH per kemarin," ujar Iman.
Sebagai perbandingan, target RNTH tahun ini senilai Rp 10,75 triliun, yang sudah tercapai pada 28 Desember 2023. Kemudian tahun ini Bursa menargetkan 200 pencatatan efek, sementara realisasinya mencapai 385 pencatatan efek. Tahun ini, Bursa menargetkan 2,5 juta investor baru, namun realisasinya hingga 28 Desember hanya 1,8 juta investor baru.
"Untuk angka investor, dengan perubahan pandemi menjadi endemi, investor terutama ritel, mereka tidak hanya transaksi saham," pungkas Iman.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman optimis pasar modal akan tetap resilien pada perhelatan pemilihan umum (pemilu) tahun depan. Secara historis, Iman mencatat indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu sebelumnya.
"IHSG secara historis sebenarnya di tahun-tahun politik, di saat pemilihan, justru IHSG kita menunjukan peningkatan. Menghadapi pemilu di Februari tahun depan, mudah-mudahan ini mulai terlihat di akhir di penutupan indeks kita meningkat," kata Iman dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).
Sebagai gambaran, pada 1999, IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar.
Pada 2009, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen. Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
Kinerja pasar modal pada periode tersebut salah satunya ditopang kenaikan tingkat konsumsi yang didorong oleh pengeluaran partai politik maupun calon kandidat terpilih akan meningkat menjelang tahun politik. Kinerja beberapa sektor berpotensi tumbuh positif, seperti sektor barang konsumen, layanan komunikasi, keuangan, dan lain-lain.
"Pergerakan IHSG dari (pemilu) 1999 semuanya positif sampai dengan tahun 2019. Kalau kita bicara transaksi perdagangan semuanya net buy positif... Kita berharap di tahun politik ini akan ada peningkatan kinerja dari emiten yang tumbuh positif. Terutama di sektor konsumsi, komunikasi, dan sektor perbankan," imbuh Iman.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 28 Desember 2023 yang ditutup pada level 7.303,89 atau meningkat 6,62 persen dari penutupan perdagangan tahun 2022. rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali. Kapitalisasi pasar mencapai angka Rp 11.762 triliun pada 28 Desember 2023.
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya