Secara triwulanan, segmen bisnis tersebut juga mencatat pertumbuhan besar sebesar 504% YoY di 2Q22, naik dari Rp25 juta di 2Q21 menjadi Rp151 juta di 2Q22.

 

Hal itu sebagian besar berasal dari Erafone, Mahaka Visual dan Media Indonesia.

 

Sementara itu, laba kotor berhasil tumbuh dengan memuaskan, sebesar 37,1% YoY, dari Rp28,4 miliar di 1H21 menjadi Rp39,0 miliar di 1H21.

 

"Namun, jika kita mengecualikan segmen Hardware Sales, laba kotor DMMX sebenarnya melonjak 77,4% YoY, melonjak dari Rp17,7 miliar di 1H21 menjadi Rp31,4 miliar di 1H22," beber Zefanya.

 

Pada tahun 2022, DMMX telah mengambil langkah berani, merambah ke bisnis konten & hiburan serta grosir digital, sehingga menegaskan posisinya sebagai pemain ekosistem utama.

 

Singkatnya, hal itu memerlukan dorongan besar dalam biaya operasional, terutama dalam penjualan & pemasaran dan biaya personalia.

 

Akibatnya, DMMX hanya membukukan pertumbuhan laba usaha 2,7% YoY, menjadi Rp12,8 miliar pada 1H22, dibandingkan dengan Rp12,5 miliar pada tahun sebelumnya.

 

"Kami menilai ini sebagai langkah yang diperlukan untuk memperluas kapasitas dan kemampuan Perusahaan, mempercepat cakupan dan skala masa depan," tambah Zefanya.