EmitenNews.com - Tren penerbitan surat utang korporasi diproyeksikan terus berlanjut hingga akhir 2025 bahkan berlanjut ke tahun 2026. Prospek ini didorong oleh masih tingginya kebutuhan refinancing, penurunan suku bunga, serta membaiknya aktivitas sektor riil.

Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), Suhindarto, menjelaskan dalam paparan pers hybrid Kamis (16/10), bahwa kebutuhan refinancing masih menjadi faktor utama yang menopang penerbitan obligasi baru.

“Masih terdapat Rp44,57 triliun surat utang korporasi yang akan jatuh tempo pada kuartal IV-2025, setara 27,6% dari total Rp161,22 triliun surat utang yang jatuh tempo sepanjang 2025,” ujar Suhindarto.

Selain kebutuhan refinancing, ia menilai beberapa faktor lain turut menjadi pendorong positif, antara lain penurunan suku bunga acuan sebanyak lima kali dan peluang pelonggaran lanjutan. Kondisi ini memberi ruang bagi emiten untuk memperoleh pendanaan lebih murah, seiring penurunan yield benchmark yang menekan kupon surat utang korporasi.

“Perusahaan akan lebih cenderung mencari pendanaan di dalam negeri, di tengah volatilitas global dan suku bunga domestik yang lebih rendah,” tambahnya.

Suhindarto juga menyoroti bahwa prospek sektor riil membaik, didukung penurunan premi risiko yang mulai melandai. Investor institusional seperti manajer investasi kini juga mulai meningkatkan alokasi ke pasar surat utang korporasi dan saham untuk mengejar return lebih tinggi dibandingkan surat utang pemerintah.

Meski demikian, PEFINDO menilai beberapa tantangan global masih perlu diwaspadai. Ketidakpastian akibat kebijakan fiskal dan moneter di AS, risiko perang dagang, serta potensi eskalasi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur dinilai masih dapat menahan penurunan yield.

Selain itu, defisit fiskal 2025 yang melebar dari Rp616,2 triliun (2,53% PDB) menjadi Rp662 triliun (2,78% PDB) juga berpotensi memperketat persaingan pendanaan dan menjaga yield tetap kaku.

Sementara dari sisi domestik, likuiditas lembaga keuangan masih longgar pasca injeksi dana SAL pemerintah ke perbankan, sementara sektor multifinance mencatat rasio keuangan yang stabil. Di sisi lain, perusahaan tercatat juga mulai melirik pasar saham sebagai alternatif pendanaan seiring prospek positif IHSG.

Penerbitan Surat Utang Naik 68,65% YoY

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan PEFINDO, Danan Dito, mengungkapkan bahwa total penerbitan surat utang korporasi hingga kuartal III-2025 mencapai Rp160,1 triliun, atau melonjak 68,65% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp94,9 triliun.

Rinciannya, penerbitan obligasi dan sukuk korporasi mencapai Rp159,1 triliun, naik 70,37% YoY dari Rp93,4 triliun. Namun, penerbitan medium term notes (MTN) justru turun menjadi Rp0,8 triliun, atau turun 20,62% YoY, sedangkan penerbitan efek beragun aset (EBA) dan instrumen sekuritisasi hanya Rp0,2 triliun, turun 70% YoY.

Sepanjang periode Januari–September 2025, PEFINDO mencatat 239 publikasi pemeringkatan dari 78 perusahaan dan 7 EBA, dengan penguasaan pangsa pasar 83,17% terhadap total nilai surat utang yang diterbitkan, termasuk dual rating.