EmitenNews.com - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) emiten milik Agoes Projosasmito, salim grup dan Medco melaporkan rugi bersih USD175,05 juta hingga periode 30 September 2025, berbalik dari laba bersih USD719,67 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Kamis (30/10) disebutkan pendapatan bersih anjlok 78,1% menjadi USD545,33 juta dibanding USD2,49 miliar pada periode Januari–September 2024. Seiring itu, laba kotor turut merosot 89,6% menjadi USD134,63 juta dari USD1,30 miliar.

Dari sisi efisiensi, beban operasional hanya naik tipis 6,4% menjadi USD108,95 juta dari USD102,35 juta, namun penurunan margin laba tak mampu ditahan. Alhasil, laba usaha menyusut tajam 97,9% menjadi USD25,68 juta dibanding USD1,20 miliar pada tahun sebelumnya.

Tekanan semakin besar akibat kenaikan beban keuangan yang mencapai USD283,29 juta, naik 39,6% dari USD202,97 juta, seiring meningkatnya pinjaman jangka panjang perseroan. Pada akhir periode, Amman membukukan rugi sebelum pajak USD230,84 juta, berbalik dari laba sebelum pajak USD1,02 miliar di tahun sebelumnya.

Dari sisi neraca, total aset Amman Mineral tumbuh 15,2% menjadi USD12,81 miliar per 30 September 2025 dari USD11,12 miliar di akhir 2024. Kenaikan ini terutama disebabkan peningkatan aset tetap yang mencapai USD5,39 miliar, naik 19,7% dari USD4,50 miliar, mencerminkan ekspansi proyek tambang dan fasilitas pendukung.

Namun demikian, total liabilitas melonjak 33% menjadi USD7,81 miliar dari USD5,87 miliar, terutama akibat kenaikan pinjaman bank jangka panjang yang hampir naik 50% menjadi USD5,73 miliar. Sementara itu, ekuitas perseroan turun 4,7% menjadi USD5,00 miliar dari USD5,25 miliar, dipengaruhi oleh akumulasi rugi bersih dan pembelian saham treasuri senilai USD48,43 juta.

Kas dan setara kas per akhir September 2025 tercatat USD676,06 juta, turun 10,4% dari posisi USD754,28 juta di akhir 2024, di tengah peningkatan belanja modal dan pembayaran pinjaman.

Pada perdagangan hari ini Kamis (30/10) saham AMMN turun 1,07 persen ke level Rp6.950 per saham.

Dalam sebulan turun 3,8 persen dari harga Rp7.225 pada 30 September 2025. Dalam enam bulan drop 2,46 persen dari harga Rp7.125 pada 28 April 2025. Sepanjang 2025 turun 18,2 persen dari harga Rp8.475 pada awal tahun.