Sementara itu, Analis Yuanta Research Chandra Pasaribu memprediksi pendapatan Mitratel akan jauh lebih baik pada semester II-2023, akibat adanya penambahan dari sewa menara yang belum dicatatkan sebelumnya.



Chandra Pasaribu menyatakan sekitar 4.000 menara belum dibukukan menjadi pendapatan Mitratel pada kuartal II-2023 karena masih dalam proses negosiasi. Hal ini yang menyebabkan pendapatan dari menara dari kuartal II cenderung flat dibandingkan kuartal sebelumnya.



Hal ini masih ditambah dengan belum serah terima sejumlah kontrak pembangunan menara dari beberapa operator telekomunikasi pada kuartal II kemarin. Salah satunya kontrak 700 menara belum serah terima dari total pemesanan 1.700 menara dari XL Axiata.

 

"Dampaknya angka pendapatan akan lebih tercermin pada laporan dengan basis tahunan daripada kuartalan," ujar Chandra dalam riset Agustus lalu yang mengupas kinerja MTEL pada kuartal II-2023.

 

Sejalan dengan Chandra, Analis Aldiracita Sekuritas Indonesia Selvi Oktaviani mengatakan Mitratel menunda pengakuan pendapatan dari tenant yang kontraknya masih diperbarui. "Jadi, kami yakin bahwa MTEL akan membukukan angka yang lebih baik di Semester II-2023," ujarnya dalam riset awal Agustus 2023.


Chandra memproyeksi MTEL akan menutup 2023 dengan pendapatan Rp8,64 triliun, EBITDA Rp6,76 triliun dan laba bersih Rp1,92 triliun. Yuanta memberikan rekomendasi beli untuk saham MTEL dengan target harga Rp860.

 

Selvi proyeksi pendapatan MTEL pada 2023 menembus Rp8,55 triliun dengan laba bersih Rp2,07 triliun. Aldiracita Sekuritas mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham MTEL dengan target harga Rp860. Target ini setara dengan potensi kenaikan 31,29%.

 

Sebagai informasi, Mitratel akan menyampaikan laporan keuangan kuartal III-2023 pada akhir bulan ini.