Penetrasi Penyiaran Masih Tinggi, NETV Kembangkan Konten Kreatif dan Platform Digital
EmitenNews.com - Riset Nielsen Indonesia menunjukkan data menarik bahwa media televisi masih mendapatkan porsi yang cukup besar dibanding media alternatif lainnya. Media penyiaran televisi masih merupakan media dengan tingkat penetrasi tertinggi pada seluruh rumah tangga di Indonesia. Deddy Hariyanto CEO PT Net Visi Media Tbk (NETV) dalam Public Expose NETV menyampaikan bahwa beriklan di televisi masih menjadi pilihan pertama para pengiklan. Iklan di televisi memegang pangsa pasar terbesar dibandingkan dengan media lainnya.
Masih menurut Deddy Hariyanto, perusahaan juga terus berupaya meningkatkan pangsa pasar pemirsanya dengan melebarkan target mengarah pada pemirsa keluarga yang berjiwa muda dan menyukai konten fresh yang menarik dan punya value. Perusahaan berupaya mengembangkan pangsa pemirsa televisi melalui pelebaran strategi programming dengan target pemirsa keluarga dan pemirsa wanita.
“Kedua segmen ini merupakan segmen terbesar pemirsa televisi. Dalam hal ini, tingkat pangsa pasar pemirsa (audience share) keluarga dan wanita dapat ditingkatkan dari 2,9% menjadi 3,3% dan dari 2,5% menjadi 2,6%” , ungkap Deddy Hariyanto (CEO NETV).
Selama tahun 2022 perusahaan juga mengambil langkah kehati-hatian dengan menekankan pada strategi efisiensi dalam pola programming. Salah satunya dengan melakukan akuisisi program berbiaya rendah yang berhasil menekan biaya program dan siaran sebesar 21,71%.
Perusahaan juga telah mengambil langkah-langkah antisipatif migrasi penyiaran analog ke digital melalui berbagai kampanye komunikasi dan sosialisasi kepada pemirsa mengenai kanal frekuensi NET pada sistem penyiaran digital yang baru. “Dalam menyikapi migrasi penyiaran analog menuju digital, perusahaan telah melakukan kerjasama dengan penyelenggara jasa siaran multiplexing dengan pola kerjasama yang memberikan penghematan dari aspek kebutuhan investasi,” tambah Deddy Hariyanto.
“Selain itu, pengembangan pola bisnis penyiaran televisi melalui konten kreatif dan pengembangan segmentasi pemirsanya, serta monetisasi konten televisi di platform digital juga dapat menjadi peluang jangka panjang yang menarik,” jelas Deddy Hariyanto. Media penyiaran televisi dan platfrom digital akan menjadi dua media yang saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ia menambahkan, pertumbuhan pada media digital juga memberikan peluang yang menjanjikan. Tingkat penetrasi media digital yang masih terus bertumbuh memberikan peluang pertumbuhan yang baik bagi pelaku industri. Perusahaan menyikapi peluang dalam media digital tersebut melalui peluncuran aplikasi OTT NET.VERSE pada 20 Mei 2022 yang lalu. Perusahaan terus melanjutkan investasi pengembangan platform digital OTT NET.VERSE melalui pengembangan infrastruktur aplikasi maupun pengembangan konten berorientasi pemirsa digital.
“Hasil yang dicapai oleh NET.VERSE pada tahun pertama tersebut cukup menggembirakan dengan pertumbuhan pengguna melebihi target dengan tingkat engagement yang cukup baik. Investasi pada platform NET.VERSE ini merupakan investasi strategis berorientasi jangka panjang,” katanya.
Induk usaha media penyiaran NET TV, PT Net Visi Media Tbk (NETV) juga menyampaikan paparannya terjaut pencapaian kinerja tahun 2022 yang mengalami tekanan terkait dengan kondisi perekonomian makro global yang belum sepenuhnya pulih. Di tengah tekanan kondisi perekonomian yang mengalami peningkatan tingkat inflasi dan peningkatan tingkat suku bunga acuan BI untuk memperlambat laju inflasi, kondisi perekonomian sektor konsumsi ditengarai tumbuh lebih lambat dibanding total pertumbuhan ekonomi.
Menurut Deddy Haryanto (CEO PT Net Visi Media Tbk/NETV), merujuk pada riset lembaga survey AC Nielsen, jumlah peluncuran produk baru selama tahun 2022 mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Selain itu, pengeluaran iklan dari sektor usaha rintisan juga mengalami perlambatan terkait kondisi pasar pendanaan global yang menuntut usaha rintisan mengurangi tingkat pengeluaran guna menjaga profitabilitas." Tantangan tersebut menyebabkan tekanan tersendiri sehingga tingkat pendapatan Perseroan pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 10,51%. Kondisi tersebut diperkirakan akan menjadi tantangan tersendiri bagi industri penyiaran pada tahun 2023 mendatang.
Secara kinerja, walaupun pendapatan tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 10,51% dibandingkan tahun 2021 dari Rp 490,20 miliar menjadi Rp 438,68 miliar, penurunan tersebut dapat diimbangi dengan penghematan dalam sisi biaya program siaran menghasilkan efisiensi sebesar 21,7% menjadi Rp 222,62 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp 284,35 miliar. Dengan demikian, Perusahaan masih dapat membukukan kenaikan laba kotor sebesar 4,96% menjadi Rp 216,06 miliar. Secara marjin kotor, terdapat pertumbuhan dari 41,99% di tahun 2021 menjadi 49,3% di tahun 2022.
Beban umum dan administrasi juga dapat dijaga dengan penurunan sebesar 0,5% melalui penurunan pos beban biaya jasa profesional dan penyusutan, masing-masing sebesar Rp10,55 miliar dan Rp 9,55 miliar. Allhasil tingkat pencapaian EBITDA (Earning Before Interest, Depreciation and Amortisation) mengalami peningkatan 18,52%, dari Rp 4,05 miliar di tahun 2021 menjadi Rp 4,80 miliar di tahun 2022.
Related News
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M
SGER Amankan Lagi Kontrak Pasok Batu Bara ke Vietnam Rp705M
Tempo Scan (TSPC) Bagikan Dividen Interim Rp112,7M, Telisik Jadwalnya
Emiten Prajogo (PTRO) Gelar Stock Split 1:10 Saham Bulan Depan