Peningkatan Kinerja Fundamental dan Pengembangan Bisnis Menjadi Fokus Utama IPCC Tahun Ini
EmitenNews.com - Tahun 2023 masih dihadapkan dengan tantangan kondisi ekonomi makro global dan nasional. Riuh kondisi politikpun mulai terasa yang dibarengi upaya Pemerintah dalam mengawal kondisi ekonomi makro dalam negeri untuk dapat tetap bertahan di tengah masih adanya ketidakpastian global. Di tengah kondisi tersebut, PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC Terminal Kendaraan/IPCC) menyampaikan masih adanya harapan terhadap industri otomotif untuk dapat bertumbuh seiring imbas kebijakan akomodatif dari Pemerintah dan cukup kuat serta stabilnya kondisi makroekonomi dalam negeri yang diperkuat dengan mulai meningkatnya aktivitas masyarakat dan industri yang tentunya berimbas pada peningkatan permintaan, terutama terhadap otomotif. Di sisi lain, Manajemen juga masih optimis bahwa kinerja IPCC dengan melihat kondisi tersebut masih dapat bertumbuh positif. Demikian sekilas penjelasan dari Manajemen yang disampaikan dalam kegiatan Media Gathering IPCC di Bali.
Turut hadir dalam paparan ini ialah Direksi dari IPCC, yaitu Sugeng Mulyadi, Direktur Utama sekaligus Plt. Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis IPCC; Bagus Dwipoyono, Direktur Operasi dan Teknik; serta Sumarno, Direktur Keuangan dan SDM. Dalam kesempatannya, Manajemen menyampaikan sejumlah pencapaian dan prospek kegiatan usaha Perseroan sesuai bidangnya masing-masing.
Di awal paparannya, Manajemen menjelasan terkait profil singkat Perseroan dimana IPCC merupakan bagian dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) yang memiliki kegiatan usaha bongkar muat kargo kendaraan di Terminal dengan lini bisnis Car Terminal Operator; Car Terminal Handling & Supporting; Car Distribution Management; dan RoRo Terminal Operator. Tak lupa, IPCC juga menyampaikan sejumlah keunggulan kompetitif dimana Terminal IPCC masih menjadi tujuan utama penanganan kargo kendaraan dari pabrikan otomotif karena selain distribution cost perjalanan yang lebih rendah juga tarif yang kompetitif serta standardisasi pelayanan bongkar muat kendaraan, termasuk juga kesiapan man power yang telah tersertifikasi sesuai dengan standar pabrikan otomotif. Selain itu, sejumlah fasilitas yang dimiliki oleh IPCC memberikan tambahan nilai keunggulan karena sesuai dengan standar internasional. Adapun Manajemen menyampaikan gagasannya agar cost logistic di industri otomotif dapat lebih efektif dan efisian dengan adanya kerjasama antar sejumlah pihak yang berada dalam satu rantai pasok ekosistem industri otomotif serta digitalisasi penggunaan sistem yang terintegrasi satu sama lain untuk mendukung penyebaran kendaraan hingga efektivitas aktivitas mulai dari pabrikan hingga penanganan kendaraan di Pelabuhan.
Dari sisi kinerja, bahwa pasca pandemi Covid-19 berkurang, kegiatan masyarakat dan juga aktivitas industri kian menunjukan peningkatan yang luar biasa sehingga berimbas positif pada kinerja fundamental IPCC yang turut mengalami pertumbuhan positif. Dengan didukung oleh peningkatan aktivitas tersebut maka perolehan pendapatan dari IPCC mengalami peningkatan sepanjang periode 2022 dan berlanjut di periode triwulan pertama 2023. Sebagai contoh, sepanjang triwulan pertama 2023 ekspor CBU naik 40,74% (year on year / YoY) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu di angka 90.073 unit dan ekspor Truck/Bus naik 333,33% di angka 104 unit. Sedangkan impor CBU naik 47,95% di angka 93.476 unit. Begitupun dengan kondisi di Terminal Domestik dimana pengiriman CBU naik 47,95% di angka 93.476 unit. Sedangkan Alat Berat dan Truck/Bus masing-masing naik 16,30% di angka 3.297 unit dan 12,59% di angka 19.679 unit.
Sejumlah rencana ekspansi bisnis juga turut disampaikan. Dalam penjelasannya, Manajemen IPCC menyampaikan bahwa hingga akhir tahun 2022 IPCC telah mengoperasikan sejumlah Terminal dimulai dari Tanjung Priok; Terminal Belawan, Medan; Terminal Pontianak; hingga Terminal Makassar. Dengan telah bergabungnya Pelindo maka terbuka lebar pengembangan Kerjasama-operasi ke sejumlah wilayah semisal Balikpapan, Surabaya, Banjarmasin, Bali, Nusa Tenggara dan lainnya. Namun demikian, Manajemen tentunya akan melakukan kajian studi kelayakan dan juga penjajakan terlebih dahulu. Bahkan dengan adanya rencana pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan nantinya jika terealisasi maka IPCC menyambut positif dan mendukung terciptanya area yang terintegrasi baik dari sisi Pelabuhan maupun area industri di sekitarnya yang mendukung kelancaran arus kargo dari Pelabuhan, pabrikan manufaktur, hingga end user. Untuk itu, diperlukan kolaborasi yang saling terintegrasi satu sama lain agar dapat memberikan nilai tambah.
Sejumlah strategi pun tak luput untuk turut dipaparkan. Manajemen menyampaikan bahwa IPCC sebagai perusahaan yang menjadi bagian dalam satu rantai pasok ekosistem distribusi otomotif maka perannya dalam meningkatkan konektivitas kegiatan dalam satu rangkaian tersebut haruslah optimal. Sejumlah improvement mutlak harus dilakukan untuk mengoptimalkan peran tersebut. Melalui tiga Pilar Utama Perseroan, yaitu Digitalisasi, Ekspansi, dan Integrasi maka IPCC berharap peran dan positioningnya dalam ekosistem tersebut akan menjadi lebih optimal dan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi IPCC namun, juga sejumlah pemangku kepentingan di industri. Di sisi lain, melalui tiga Pilar Utama tersebut juga turut diharapkan selain tercipta konektivitas di dalam distribusi otomotif juga dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas kegiatan distribusi otomotif. Tidak hanya itu, sebagai bagian dari Perusahaan Publik, Manajemen juga menyampaikan strategi agar likuiditas dan transaksi saham IPCC dapat meningkat yang diantaranya melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama nasabah-nasabah Perusahaan Sekuritas, pendekatan kepada berbagai komunitas, dan aktivitas lainnya seperti Media Gathering, Public Expose, Analyst Meeting untuk mengenalkan bisnis Perseroan dan menyampaikan sejumlah pencapaian kinerja. Bahkan IPCC turut menjajaki kerjasama bisnis untuk pengembangan bisnis yang berhubungan dengan ekosistem kendaraan listrik.
Terkait dengan rencana belanja modal, di tahun 2023 IPCC menyiapkan dana sekitar Rp35 miliar hingga Rp40 miliar untuk pengembangan dan perbaikan sejumlah area lahan serta improvement sistem integrasi layanan. Hingga triwulan I 2023 belum sepenuhnya terserap namun, untuk sejumlah pekerjaan telah dibiayakan melalui beban operasional. Jadi, pekerjaan tersebut masuk ke dalam belanja operasional / Operating Expenditure. Pembiayaannya diambil dari anggaran / kas utk operasional bukan sepenuhnya dari belanja modal. Pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud seperti pemeliharaan rutin lapangan terminal, pemeliharaan system, dan pemeliharaan umum lainnya.
Dari sisi kinerja fundamental, Manajemen memberikan kisaran target antara 10% hingga 20% baik dari sisi top line maupun bottom line. Namun demikian, Manajemen juga akan menyesuaikan dengan perkembangan kondisi industri lainnya, baik dari industri otomotif hingga pertambangan maupun konstruksi yang banyak menggunakan kendaraan berat. Seiring dengan meningkatnya Laba Tahun Berjalan IPCC baik di 2022 maupun di periode triwulan pertama 2023 maka IPCC sedang mengusulkan untuk melakukan pembagian dividen. Di awal tahun 2022, IPCC telah melakukan pembagian dividen interim sebanyak Rp22,71 miliar yang setara dengan Rp12,49 per lembar saham. Sebagai komitmen Perusahaan Publik dan pertanggungjawaban kepada para pemegang saham, terutama pemegang saham publik maka nantinya akan diputuskan dalam RUPS Tahunan. Sebagai informasi, Laba Tahun Berjalan IPCC untuk Tahun Buku 2022 ialah sebesar Rp161,72 miliar. Di sisi lain, berdasarkan data historis persentase pembagian dividen / Dividend Payout Ratio (DPR) IPCC ialah berkisar 60% hingga 70%. IPCC akan melaksanakan RUPS Tahunan pada 27 Juni 2023 untuk mengusulkan rencana pembagian dividen ini.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M