Perbankan di Bali Salurkan Kredit Rp112 Triliun, Meningkat 6,81 Persen

Kantor OJK Bali dan Nusa tenggara. Dok. Balipuspanews.
EmitenNews.com - Perbankan di Bali menyalurkan kredit mencapai Rp112,3 triliun selama 2024. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan terjadi kenaikan 6,81 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp105,1 triliun. Sesuai jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit di Pulau Dewata itu, didorong oleh peningkatan kredit investasi.
“Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit masih didorong oleh peningkatan kredit investasi,” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar, Bali, Senin (17/2/2025).
Data OJK menunjukkan, pertumbuhan kinerja kredit itu didorong perekonomian di Bali yang menggeliat seiring sektor pariwisata yang tumbuh positif.
Di antaranya, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara di Bali mencapai 6,33 juta pada 2024 atau naik 20,1 persen dibandingkan 2023 mencapai 5,27 juta orang.
Capaian kunjungan turis asing pada 2024 itu bahkan melampaui sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 mencapai 6,2 juta orang.
Kredit yang dikucurkan kepada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum yang berkaitan dengan pariwisata tumbuh 15,16 persen.
Sektor lainnya juga mengalami pertumbuhan berlipat ganda yakni perdagangan besar dan eceran tumbuh sebesar 28,79 persen.
Di sisi lain, sektor konsumtif juga memegang peranan dengan pertumbuhan serapan kredit mencapai 34,14 persen.
Mencermati kategori debitur, sebesar 52,50 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM yang tumbuh hampir enam persen dibandingkan 2023.
Satu hal, kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,94 persen. Terjadi perbaikan dibandingkan Desember 2023 mencapai 2,95 persen.
Penyelesaian kredit yang direstrukturisasi dan ekspansi kredit berdampak positif bagi penurunan rasio risiko kredit atau Loan at Risk (LaR) menjadi 11,96 persen dari sebelumnya 19,55 persen pada Desember 2023.
Bagusnya, minat masyarakat di Bali untuk menyimpan uangnya di bank juga terbilang tinggi dengan realisasi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada 2024 mencapai Rp189,75 triliun. Itu berarti tumbuh 13,85 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp166,67 triliun.
OJK mencatat, instrumen yang paling banyak digunakan nasabah untuk menyimpan uangnya di bank adalah dalam bentuk tabungan dengan kenaikan nominal mencapai Rp12,84 triliun.
OJK menilai masih ada ruang untuk intermediasi perbankan namun dengan tetap menjaga kinerja dan kualitas kredit.
“Kami akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas,” urai Kristrianti Puji Rahayu. ***
Related News

IHSG Terpuruk 8,59% YTD, Trading Halt 30 Menit Usai Anjlok 5% Sehari

Menhub: Tak Ada Larangan, yang Ada Pembatasan Operasional Truk

Berikut Kegiatan Operasional BI Selama Libur Idulfitri 2025

BEI Bekukan Sementara Perdagangan Saham, Lanjut Pukul 11:49 JATS

Layanan, OJK Luncurkan Portal Data Terintegrasi Sektor Jasa Keuangan

Nasabah Minna Padi Aset Manajemen Gugat OJK Rp127M