Percepat Transisi Energi, Kementerian ESDM Dorong Pertumbuhan Startup EBT
EmitenNews.com - Dalam satu dekade terakhir, dunia global tengah menghadapi perubahan iklim. Berbagai kebijakan dan inisiatif telah dikembangkan untuk menghadapi tantangan ini. Namun, tetap dibutuhkan upaya lebih untuk memastikan transisi hijau yang cepat dan lingkungan global yang lebih bersih.
Salah satu upaya untuk mempercepat transisi energi adalah dengan mendorong pertumbuhan perusahaan perintis atau start-up di sektor energi baru dan terbarukan (EBT).
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat membuka melalui video conference, gelaran APEC Workshop on Clean Energy Start-Ups Forum "Advancing Market Reach and Business Growth" yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Selasa (13/12).
"Beberapa tahun belakangan ini, konsep 'green growth' telah menjadi topik diskusi anggota ekonomi APEC sebagai jalur pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. APEC Energy Working Group juga mempromosikan kemajuan energi bersih dan rendah karbon sebagai bagian dari key objective pada APEC Energy Working Group Strategic Plan 2019-2023," ujar Arifin.
Arifin mengatakan bahwa start-up dapat menjadi pelopor bagi generasi muda untuk menunjukkan kontribusi nyata pada sektor energi bersih. Start-up energi bersih hadir dengan berbagai terobosan. Beberapa perusahaan membangun teknologi surya dan angin, serta pembiayaan proyek-proyek tersebut. Sementara start-up yang lain menawarkan baterai yang efisien dan ramah lingkungan, atau mengeksplorasi potensi micro grid untuk memanfaatkan iklim lokal daerah setempat.
"Terdapat ribuan start-up energi terbarukan. Start-up ini perlu berfokus pada teknologi, karena teknologi adalah game changer dalam menciptakan sistem energi yang berkelanjutan. Teknologi adalah kunci transisi energi, dan pada akhirnya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Maka dari itu, kita perlu meningkatkan teknologi seluas-luasnya," tandas Arifin.
Selain itu, Arifin juga mengatakan bahwa inovasi harus selalu didorong dan disebarluaskan. Akses kepada penggunaan dan pemanfaatan teknologi harus dibuat lebih inklusif. Selanjutnya, akses ke teknologi yang terjangkau dan pembiayaan juga harus dieksplorasi secara masif.
Selain itu, ada beberapa teknologi yang akan berperan besar dalam transisi energi di Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, seperti solar teknologi, termasuk juga sistem integrasi; smart-grid; energy storage; hidrogen; dan kendaraan listrik.
"Indonesia akan membangun 700 Giga Watt (GW) pembangkit EBT, berasal dari energi surya, angin, air, bioenergi, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Kami juga akan mengembangkan unit pengolahan dan pemurnian mineral untuk meningkatkan nilai tambah mineral, seperti nikel dan kobalt yang akan dimanfaatkan memproduksi baterai untuk kendaraan dan storage," tutur Arifin.
Arifin juga menyampaikan bahwa start-up energi bersih dan emerging business dipandang sebagai instrumen kunci, yang diharapkan memiliki peran yang penting dalam percepatan pengembangan EBT. Ia berharap forum ini dapat menjadi hub dalam merevisi sistem energi dan memperkuat kolaborasi dan kerja sama dalam mencapai bisnis start-up energi bersih yang berkelanjutan.
"Saya juga berharap para stakeholder dalam forum ini dapat menyusun rekomendasi kebijakan untuk mengakselerasi pertumbuhan start-up energi bersih pada APEC economies. Mengaktifkan dan mendukung pertumbuhan start-up akan memajukan sektor energi di Asia Pasifik untuk mencapai target pada tahun 2030," pungkas Arifin.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha