EmitenNews.com -Saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) masuk dalam FTSE (Financial Times Stock Exchange) Global Equity Index Series Asia Pacific. Untuk pertama kalinya saham IPCC masuk dalam perhitungan indeks tersebut sejak IPO pada 9 Juli 2019.


Investor Relations IPCC, Reza Priyambada, menjelaskan IPCC masuk dalam indeks tersebut untuk kategori Micro Cap bersamaan dengan penghuni baru lainnya.


Dalam kategori ini beberapa perusahaan BUMN juga masuk dalam radar FTSE Global yaitu PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).


Selain itu juga terdapat beberapa perusahaan swasta di antaranya PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA).


"Dengan masuknya IPCC ke dalam indeks tersebut, maka ini menjadi suatu prestasi yang patut dibanggakan serta menjadi kado terindah di tahun kelima pasca IPO dan sekaligus melengkapi posisi indeks yang telah diraih," ujar Reza dalam keterangannya, Senin (21/8).


Seperti diketahui, dalam indeks saham yang dirilis IDX, IPCC sebelumnya masuk ke dalam Indeks Papan Utama (Main Board Index), ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia), IDXSMC-COM dan IDX-MES BUMN 17.


Indeks FTSE atau FTSE Russel Group merupakan organisasi finansial di Inggris yang memiliki spesialisasi menyediakan indeks untuk acuan pasar keuangan global atau benchmarking portfolio.


Ketika suatu saham masuk dalam screening FTSE , maka saham tersebut dinilai memiliki fundamental yang sehat, diikuti likuiditas yang masuk dalam kriteria FTSE .


Dengan beradanya IPCC dalam indeks FTSE tersebut menjadi pemacu semangat manajemen untuk dapat memberikan kontribusi positif kinerja perseroan kepada pada investor atau pemegang saham.


"Manajemen berharap, semoga IPCC tidak hanya menjadi dambaan investor lokal namun, juga menjadi pilihan investor asing terutama para private equity agar likuiditasnya makin meningkat lagi. Manajemen pun mengapresiasi dukungan loyalitas nasabah yang telah berinvestasi pada saham IPCC," papar dia.


Menilik historis kinerja emiten pelabuhan yang bergerak di bidang layanan jasa bongkar muat kendaraan itu, hingga akhir Juni 2023, IPCC berhasil mencatat lonjakan pendapatan usaha 21,37% (y-o-y) menjadi Rp366,96 miliar dari sebelumnya Rp302,34 miliar.


Kenaikan pendapatan tersebut dan diikuti pertumbuhan beban yang lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan dan bahkan lebih rendah dari tahun lalu membuat IPCC mampu mengangkat perolehan labanya.


Adapun EBITDA membukukan kenaikan 35,26% menjadi Rp191,29 miliar seiring dengan peningkatan laba usaha 33,57% menjadi Rp108,22 miliar.


Pada bottom line, IPCC mampu menorehkan angka laba tahun berjalan sebesar Rp78,92 miliar atau melesat 73,77%. Dengan demikian, EPS juga meningkat dari Rp24,98 dari sebelumnya menjadi Rp43,40.