Perempuan Pengusaha Binaan BRI, Dulang Untung dari Usaha Ecoprint
Ida Rosita perempuan asal Surabaya, Jatim, menjadi pengusaha fesyen dengan produk ecoprint. dok. Ist.
EmitenNews.com - Sebagai penggemar mode, Ida Rosita (41 tahun) memutuskan terjun ke industri fesyen. Awal mulanya, kampung tempatnya tinggal di Jambangan, Surabaya, Jawa Timur, mengikuti lomba Surabaya Smart City (SSC). Ini program yang diluncurkan Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2019. Lama-lama berkembang, terutama setelah ia dibantu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), atau BRI, dan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan BRI.
Salah satu tujuan lomba tersebut untuk memberdayakan masyarakat, mengajak wanita-wanita di kampung berkegiatan agar mendapat penghasilan tambahan. Pada lomba ini, Ida memulai usaha pakaian Wanita dengan mengadopsi Teknik ecoprint dengan nama “Ecoprint Girly Lestari”.
“Awalnya Surabaya Smart city ini kan di kampung, sebenarnya bukan saya yang menggagas ecoprint ini. Jadi, saya sama bu RT membuat apa gitu di kampung yang sekiranya sama warga bisa bareng-bareng, terus ada lomba SSC tahun 2019 kita buat ecoprint untuk menunjukkan keunggulan atau usaha yang dimiliki kampung kami,” kata Ida Rosita dalam keterangannya yang dikutip Senin (13/6/2022).
Saat itu hasil produk ecoprint di kampungnya menjadi daya tarik wisatawan yang datang. Seiring berjalannya waktu, Ida melihat ada potensi yang bisa dikembangkan melalui kerajinan ecoprint ini. Jadinya dia memutuskan membuka usaha sendiri di tahun 2019, meski saat itu usahanya belum memiliki izin resmi.
Selang setahun kemudian, tepatnya tahun 2020 akhirnya Ida memiliki izin usaha ecoprint. "Biar tetap jalan dan tidak mengandalkan penjualannya ketika ada tamu saja datang ke kampung baru kejual, saya pikir harus punya izin agar bisa masuk ke sentra-sentra UKM. Jadi saya urus izinnya, biar penjualannya bisa kontinyu juga,” ujar perempuan asal Surabaya in.
Ida Rosita menjelaskan, ecoprint adalah seni mencetak daun, bunga, akar, kayu di atas kain, dan bisa dijadikan produk fashion, craft dan home decor. Dari sini, dia berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk zero waste guna mengurangi limbah, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
Untuk modal sendiri terbilang masih sedikit, yaitu Rp3 juta, yang dipakai untuk membeli bahan-bahan membuat ecoprint. Mulai dari kain, dan pewarna alam, tapi itu tidak termasuk peralatan.
Karena usaha ecoprint ini bukan murni hasil gagasan Ida, produksinya masih dibantu warga setempat. Ada 1-2 orang yang membantu. Mereka akan mendapatkan upah ketika ada barang yang terjual. “Kayak komisi, kita gak gaji tiap bulan. Pokoknya kalau ada yang laku saya kasih (ke yang membantu). Jadi tidak terikat.”
Produk-produk yang dijual dari hasil ecoprint, yang paling murah adalah masker seharga Rp20.000 per pcs. Produk termahal adalah ecoprint baju dengan kisaran harga Rp350.000 hingga Rp400.000.
Ciri khas hasil produk ecoprint yang dibuatnya terletak pada warna cerah. Biasanya, ecoprint itu menyerupai batik. Namun, untuk mencegah hal itu, ia memilih beragam warna agar lebih menarik konsumen.
Dibantu BRI
Selama merintis usaha, Ida mengungkapkan kerap mengalami kesulitan di bidang pembiayaan alias modal. Pintu terbuka ketika Ida memberanikan diri mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), atau BRI, untuk membeli alat pengukus kain.
“Saya mengajukan pertengahan tahun 2021. Waktu mengajukan mudah sekali, waktu itu juga ada program diskon. Enam bulan pertama ada diskon, jadi saya ngambil Rp10 juta. Tidak banyak. Saya hanya butuh untuk beli alat kukusan,” ujarnya.
Tak berhenti di situ. Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal Maret 2020 usaha ecoprint milik Ida turut terdampak. Kunjungan wisatawan ke kampung yang selama ini menjadi pembeli potensial produk ecoprint miliknya, berkurang drastis.
Untuk penjualannya sudah merambah ke luar Surabaya, seperti ke daerah Jawa Barat, karena Ida juga menjual produk secara online melalui e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan PaDi UMKM.
Yang paling laris adalah produk fashion, seperti baju, kain, kemeja, mukena, jilbab dan sebagainya. Per bulan, terjual 10 produk ecoprint untuk kategori fashion. Untuk produk lainnya tak menentu, tergantung pesanan dan minat.
Tak hanya fokus berjualan, ecoprint milik Ida giat mengikuti berbagai kegiatan. Seperti BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR tahun 2021, usai usahanya lolos kurasi dari BRI. Kemudian, ‘Lokal Jatim Keren’ yang juga digagas BRI. Ida mengaku sering mendapatkan dan mengikuti pelatihan-pelatihan dari BRI, berupa pelatihan ekspor-impor.
Related News
Melejit 42,98 Persen, SMRA Kuartal III 2024 Raup Laba Rp933,7 Miliar
Diskon! Tencent Lego 251,66 Juta Saham FILM Rp1.200 per LembarĀ
IHSG Ditutup Turun 0,55 Persen, Terseret Sektor dan Saham Ini
Bos GEMA Belum Berhenti Serok Saham, Ada Aksi Korporasi?
Pendapatan Drop 34,7 Persen, RONY Catat Laba Naik di Kuartal III
Emiten Otomotif TP Rachmat (ASLC) Pertahankan Target Pertumbuhan 2024