Proyek Pengembangan Kawasan Mandalika Lombok NTB Sisakan Utang Gede, Rp4,6 Triliun

Proyek Pengembangan Kawasan Mandalika Lombok NTB. dok. Nawacita.co.
EmitenNews.com - Sukses ajang balapan di Sirkuit Mandalika, ternyata tidak membuat penyelenggara tersenyum lebar. Pasalnya, proyek pengembangan kawasan Mandalika, di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu masih menyisakan utang gede, Rp4,6 triliun. Keuangan BUMN pengelola kawasan Mandalika itu, sedang kepayahan. Kas perusahaan juga lagi kurang baik. Pasalnya, pemasukan dari Mandalika belum bisa diharapkan, padahal beban yang harus ditanggung besar sekali.
Pengembangan kawasan Mandalika, termasuk arena balapan Sirkuit Mandalika, dibangun dan dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). ITDC adalah anak usaha BUMN, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, yang juga mengembangkan kawasan Nusa Dua Bali.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, seperti disiarkan dari kanal Youtube Komisi VI DPR RI, Kamis (15/6/2023), Direktur Utama InJouney, Dony Oskaria, mengatakan secara umum utang membengkak tersebut terbagi dua: Utang jangka pandek Rp1,2 triliun dan utang jangka panjang Rp3,4 triliun. Totalnya Rp4,6 triliun.
Repotnya lagi, perusahaan juga harus menanggung beban berat dari pengelolaan Mandalika. Mulai dari beban bunga pinjaman, pemeliharaan, hingga penyusutan aset yang harus dicatat.
Bisa disebut, ITDC masih merugi dalam pengembangan kawasan Mandalika. Bagusnya, perusahaan bisa sedikit bernapas karena masih ditopang dari pemasukan pengelolaan Nusa Dua Bali.
Penting dicatat, pemasukan dari lini bisnis lain tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi perseroan. Masalahnya, utang beserta bunga perbankan yang harus dibayar terlalu tinggi bagi kondisi keuangan perusahaan saat ini.
Kepada anggota Komisi VI DPR, Dony Oskaria menyatakan, dengan sumber implement capacity hanya dari Nusa Dua, jelas tidak bisa menyelesaikan utang jangka pendek perseroan. “Yang short term liabilities ini, di dalamnya adalah pembangunan Grand Stand, VIP village, sama kebutuhan modal kerja waktu penyelenggaraan event, yaitu Rp1,2 triliun."
Jadi, meski sukses digelar dan ajang balapannya menjadi perhatian dunia, gelaran MotoGP justru bikin tekor, dan bermasalah bagi perusahaan. Itu yang menurut Dony Oskaria, jadi persoalan di ITDC. Apalagi ITDC juga mendapatkan beban untuk penyelenggaraan MotoGP tahun 2022. Beban itu, kata dia, sampai saat ini menjadi tanggungan ITDC. ***
Related News

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 42 Ribu Ton Mineral Bernilai Rp216M

Kilang Minyak Pertamina di Dumai Terbakar, Polisi Tunggu Areal Aman

Rapat di Komisi XI DPR, Menkeu Luapkan Kekesalan Soal Pertamina

KPK Tetapkan Staf Ahli Mensos Tersangka Penyaluran Bansos Covid-19

Klaim Bobol 4,9 Juta Data Nasabah, Hacker Bjorka Ditangkap di Minahasa

DPR Setujui Revisi UU BUMN, Cek 12 Poin Substansi Perubahannya