EmitenNews.com - Sari Kreasi Boga (RAFI) optimistis kinerja positif pada kuartal IV-2025. Optimisme itu menguat di tengah tekanan margin akibat fluktuasi ekonomi global, dan pelemahan daya beli masyarakat. Sejumlah faktor eksternal menjadi tantangan utama.

Misalnya, lonjakan harga bahan baku, dan biaya logistik. Manajemen telah menyiapkan langkah antisipatif untuk menjaga arus kas, dan profitabilitas. “Kami melakukan negosiasi ulang cost of fund agar beban bunga bisa turun, efisiensi dengan mengubah beberapa biaya tetap menjadi variabel, termasuk penerapan work from anywhere,” tutur Eko Pujianto, Direktur Utama RAFI.

Selain efisiensi, perusahaan juga fokus pada pengembangan produk baru untuk mendukung pertumbuhan bisnis pada sisa tahun ini. RAFI awalnya dikenal lewat bisnis kuliner Kebab Baba Rafi, yang kemudian berkembang menjadi dua entitas berbeda. Saat ini, RAFI mengelola wilayah barat Indonesia dengan fokus pada bisnis kemitraan, pasokan bahan baku, dan ekspansi produk makanan.

“Pada 2017 kami mengakuisisi 85 persen saham dari pendiri Kebab Baba Rafi. Namun, setelah evaluasi, ternyata sumber pendapatan tertinggi bukan dari franchise, melainkan dari penjualan bahan baku makanan,” jelas Eko.

Seiring waktu, RAFI memperluas bisnis dari bahan baku kebab ke komoditas pangan umum seperti beras, ikan, ayam, dan produk olahan laut. Saat ini, kontribusi bisnis kebab kurang dari 10 persen, sementara pendapatan terbesar berasal dari segmen seafood, dan beras.

“Kami banyak memasok ke ritel, pasar tradisional, dan UMKM. Untuk seafood, pelanggan utama kami adalah pelapak dan beberapa pabrik besar seperti Samudra Perkasa Abadi yang mengekspor produk olahan ikan cakalang dan tuna steak,” tambahnya.

Untuk diketahui, perseroan memiliki dua anak usaha, masing-masing bergerak bidang restoran, produksi, dan perdagangan beras. Beberapa merek kuliner di bawah RAFI antara lain Smoky dan Rafi Express, sementara lini beras premium dikembangkan dengan merek Rafina. Strategi perusahaan saat ini memperluas pasar ritel dengan menjual langsung ke agen beras, dan minimarket, tidak lagi hanya melalui distributor. 

Selain itu, RAFI juga tengah menyiapkan akuisisi perusahaan sektor hulu untuk memperkuat pasokan bahan baku, khususnya ikan dan ayam. Produk Eskabeh, olahan ikan setengah jadi, mulai mencatat pendapatan pada semester II-2025. Sementara produk buah dan umbi-umbian kini telah masuk ke jaringan Duta Buah, dengan sistem kerja sama kontrak volume bersama petani lokal.

Eko juga memproyeksikan pendapatan RAFI tumbuh sekitar 5 persen pada 2025, dengan potensi peningkatan profitabilitas mencapai 10–15 persen, seiring strategi efisiensi, dan diversifikasi produk. Untuk memperkuat bisnis, RAFI juga menjalin kemitraan strategis dengan lembaga keuangan, dan mitra luar negeri, termasuk perusahaan asal Tiongkok dalam pengembangan cold storage bertenaga surya yang mampu menekan biaya listrik hingga 40 persen.

“Kami ingin menjadi perusahaan makanan dan minuman yang besar dan berpengaruh dalam mengangkat produk Indonesia ke pasar global. Misi kami sederhana: produk lokal harus bisa dinikmati hingga mancanegara,” kata Eko Pujianto. (*)