Rendahnya Indeks Persepsi Korupsi Pertaruhan bagi Kepercayaan Investor
Direktur Pengembangan BEI, Jefrey Hendrik, menyoroti rendahnya indeks persepsi korupsi di Indonesia dan kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang masih sering terjadi sebagai tantangan bagi kepercayaan investor asing.
EmitenNews.com - Direktur Pengembangan BEI, Jefrey Hendrik, menyoroti rendahnya indeks persepsi korupsi di Indonesia dan kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang masih sering terjadi sebagai tantangan bagi kepercayaan investor asing.
"Apakah rendahnya indeks persepsi korupsi ini berpengaruh kepada investor asing atau tidak? Tentu mereka sudah mempertimbangkan faktor itu. Karena bisnis bursa saham adalah bisnis yang sangat bergantung pada kepercayaan publik," katanya di acara Editor in Chief Gathering 2024 yang berlangsung di SCBD, Jakarta, Selasa (10/12/2024) malam.
Jefrey juga meluruskan pandangan yang masih keliru di masyarakat terkait investasi di pasar modal.
"Investasi di bursa jelas tidak bisa disamakan dengan main judi. Di bursa ada banyak aturan yang ketat, sementara di judi tidak ada aturannya sama sekali," tegasnya.
Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menggelar acara tahunan Editor in Chief Gathering yang semalam menghadirkan Direktur Utama BEI, Iman Rachman, bersama jajaran lengkap direksi. Yaitu Direktur Pengembangan Jefrey Hendrik, Direktur Penilaian Perusahaan Nyoman Yetna, Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko Sunandar, Direktur Keuangan dan SDM Risa E. Rustam, serta Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Irvan Susandy.
Acara ini menjadi momen penting untuk merefleksikan perjalanan pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2024 dan mempererat hubungan strategis antara BEI dan media, yang dianggap sebagai mitra utama dalam mendukung ekosistem pasar modal.
Dalam sambutan pembukaannya, Iman Rachman, menegaskan bahwa media memiliki peran vital dalam membangun persepsi positif terhadap pasar modal Indonesia, terutama di mata investor asing.
"Investor asing tidak tahu situasi politik dan ekonomi kita kalau tidak membaca berita dari teman-teman pers. Oleh karena itu, berita yang disajikan sangat penting untuk menciptakan optimisme. Kami berharap media dapat memberikan pemberitaan yang kondusif agar perkembangan pasar modal kita lebih optimis tahun depan," ujar Iman.
Direktur Penilaian Perusahaan, Nyoman Yetna, turut menyampaikan pesan penting terkait obyektivitas media dalam menyampaikan informasi kepada publik.
"Kami tidak meminta berita yang baik-baik saja, tapi yang obyektiflah. Jangan diplintir. Berita yang kondusif dan menyejukkan sangat membantu membangun kepercayaan pasar, terutama saat kami menghadapi tantangan seperti ketinggalan dalam membawa startup untuk go public," ucap Nyoman.(*)
Related News
PHE Temukan Cadangan Minyak Baru di Sumatra Selatan
KPK Kembalikan Kerugian Negara Rp2,5 Triliun Sepanjang 2020-2024
27 Tahun, KSEI Bertekad Pastikan Penyelesaian Transaksi yang Efisien
Target KUR 2025 Naik Menjadi Rp300 Triliun
Pemerintah Siapkan Rp20 Triliun untuk Kredit Investasi Padat Karya
Kenaikan PPN Berpotensi Berimbas ke Sektor Wisata