Resiko Gagal Bayar Rendah, Surat Utang Rp600 M Bali Tower (BALI) Berperingkat A
Meningkatnya Kontribusi Non-Menara: Kuatnya bisnis menara Bali Tower diimbangi oleh eksposurnya terhadap FTTX dan ekspansi ke bisnis yang tidak terkait. FTTX menghasilkan margin tipis sekitar 60%, menghadapi persaingan yang ketat dan tidak memiliki kontrak jangka panjang. Segmen ini menyumbang 42% dari pendapatan 6M23, dan kami memperkirakan kontribusinya akan meningkat seiring dengan mendatarnya pendapatan menara.
Ekspansi Menara yang Bergantung pada Utang: Kami memperkirakan perolehan arus kas bebas akan tetap negatif dalam dua tahun ke depan karena meningkatnya kontribusi dari bisnis non-menara dengan margin lebih rendah dan belanja modal pemeliharaan. Kami yakin Bali Tower akan tetap bergantung pada utang untuk membiayai belanja modal tahunan di atas Rp400 miliar pada tahun 2023 dan 2024 (6M23: Rp231 miliar, 2022: Rp331 miliar). Bali Tower memiliki akses pendanaan ke bank domestik serta pasar obligasi. Kami yakin perusahaan dapat mengendalikan belanja modal untuk segmen menara dan FTTX, meskipun hal ini akan mempengaruhi tingkat pertumbuhannya dalam jangka menengah.
Leverage yang Stabil: Kami percaya EBITDA bisnis menara yang stabil akan menahan kenaikan leverage yang berkepanjangan. Kami memperkirakan utang bersih/EBITDA sekitar 3,5x pada tahun 2023 dan 2024 (6M23: 3,6x, 2022: 3,2x), dengan belanja modal tetap tetap. Hal ini terlepas dari asumsi kami mengenai pembayaran dividen. Kami memperkirakan Bali Tower akan mempertahankan cakupan yang memadai, dengan EBITDA/bunga di atas 3,0x pada tahun 2023-2024.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M