EmitenNews.com - PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mencatat rugi bersih Rp348,83 miliar sepanjang semester I 2024. Kerugian emiten restoran cepat saji KFC Indonesia itu, makin membengkak dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat hanya rugi Rp5,56 miliar.

Dalam keterbukaan informasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (31/7/2024), diketahui waralaba tersebut juga membukukan pendapatan susut 20 persen menjadi Rp2,48 triliun dari Rp3,11 triliun di periode yang sama pada 2023. Susutnya pendapatan itu disebabkan turunnya komisi atas penjualan konsinyasi dari Rp11,85 miliar pada semester I 2023 turun menjadi Rp10,45 miliar. 

"Selama periode 6 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2024 dan 2023, tidak ada pendapatan dari pelanggan secara individual yang melebihi 10 persen dari total pendapatan." Demikian laporan tersebut seperti dikutip Kamis (1/8/2024).

Perusahaan memperoleh penerimaan pendapatan komisi atas konsinyasi CD dari PT Jagonya Musik dan Sport Indonesia. Pada pendapatan dari jasa layanan antar juga mengalami penurunan 28 persen menjadi Rp956,79 juta dari sebelumnya Rp1,3 triliun pada periode yang sama di 2023. Dari pendapatan tersebut terdapat potongan penjualan Rp 186,27 juta.

Di luar itu, kerugian juga disebabkan oleh beban operasi lain yang naik 54 persen dari Rp10 miliar di semester I 2023 menjadi Rp 22,07 miliar di semester I 2024. 

Untuk kas dan setara kas perusahaan juga mengalami penurunan sepanjang semester I 2024 menjadi Rp162,8 miliar dibanding periode sama pada tahun sebelumnya Rp208,8 miliar.

Sementara itu, jumlah liabilitas atau beban utang yang harus dibayar perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp3,5 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya Rp3,1 triliun. 

Jumlah ekuitas perusahaan tercatat mengalami penurunan menjadi Rp467 miliar atau menyusut 35 persen dari Rp723 miliar di periode yang sama di 2023. 

Laba bruto KFC menjadi sebesar Rp1,42 triliun, menurun dari periode kuartal II 2023 yakni sebesar Rp1,97 triliun. 

Pajak penghasilan juga makin membengkak menjadi Rp96,85 miliar. Angka ini naik dari sebelumnya yang hanya Rp1,14 miliar.

Semua itu, membuat perusahaan mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp348,83  miliar. Dengan total kerugian tersebut, rugi per saham perusahaan tercatat menjadi Rp87/saham dari semula Rp1/saham. 

Sementara itu, FAST mencatatkan total aset hingga akhir Juni 2024 sebesar Rp3,96 triliun. ***