EmitenNews.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan periode 07-11/08/2023 bergerak pada rentang level 6.861 - 6.915 atau menguat sebesar 0.40% (wtd) dan ditutup pada level 6.879 atau melemah sebesar 0,19% (dtd) pada perdagangan hari Jumat (11/08/2023) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Terdapat enam sektor yang menjadi pendorong kenaikan IHSG pada minggu ini sementara lima sektor lainnya mengalami penguatan.

 

Sektor Infrastructures menjadi kontributor terkuat dalam kenaikan IHSG minggu ini sebesar 1.55%. Diikuti sektor Basic Materials dan sektor Energy yang terbang masing-masing sebesar 0.89% dan 0.67%. Selanjutnya sektor Consumer Cyclicals dan sektor Consumer Non-Cyclicals yang menguat masing-masing sebesar 0.65% dan 0.55%,. Lalu sektor Financials juga naik sebesar 0.21%.

 

Disisi lain, ada sektor Technology yang menjadi kontributor pemberat dalam pelemahan sebesar -2.64%. Diikuti sektor Healthcare yang terjun sebesar -1.56%. Kemudian sektor Transportations & Logistics dan sektor Properties yang melemah masing-masing sebesar -0.88% dan -0.85%. Lalu sektor Industrials juga menurun sebesar -0.46%. Total volume transaksi yang diperdagangkan di bursa mencapai 103,361 miliar lembar saham dengan total nilai transaksi yang diperoleh sebesar Rp61,438 triliun.

 

Asing melakukan aksi jual atau Net Foreign Sell sebesar Rp16 triliun dengan saham-saham yang diakumulasi antara lain GOTO –Rp299 M, AKRA –Rp103 M, dan UNVR –Rp 42 M. Sementara itu, asing juga melakukan aksi akumulasi pada saham-saham berikut BBCA Rp796 M, BMRI Rp577 M, dan BBNI Rp242 M.

 

Selanjutnya saham-saham yang menjadi top gainers pada perdagangan minggu lalu ada BBSS +50.00%, BLTZ +49.50%, dan UANG +42.71%. Disisi lain, yang menjadi top losers yaitu GTRA -37.07%, RELF -34.51%, dan WIDI -31.41%.

 

Pada perdagangan minggu lalu, sentimen domestik diwarnai oleh BPS yang melaporkan ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2023 tumbuh 5,17% (yoy) atau naik dibandingkan capaian pada kuartal I-2023 yang sebesar 5,04%. Selanjutnya Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada bulan Juli 2023 tercatat sebesar US$137,7 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2023 yang sebesar US$137,5 miliar.

 

Dari regional, ada sentiment dari Badan Nasional Statistik China yang melaporkan Indeks Harga Konsumen pada Juli 2023 mengalami deflasi sebesar 0,3% (yoy). Ini merupakan deflasi pertama yang terjadi sejak Februari 2021. Kemudian BNS China juga mencatatkan Indeks Harga Produsen mengalami deflasi pada Juli 2023 sebesar 4,4% (yoy). Ini merupakan deflasi selama 10 bulan berturut-turut. Lalu China merilis data neraca dagang yang mengalami kenaikan menjadi US%80,6 miliar atau meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar US$70,62 miliar. Angka tersebut juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar yaitu US$70,6 miliar.

 

Selanjutnya sentimen global datang dari data inflasi AS pada Juli 2023 yang mencapai 3,2% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2023 yang sebesar 3% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 3,3% (yoy). Lalu AS juga melaporkan data ekspor yang mencapai US$247,5 miliar, terendah sejak Maret 2022 dan impor tercatat sebesar US$313 miliar, terendah sejak November 2021. Selain itu, Presiden AS, Joe Biden, telah menandatangani perintah eksekutif untuk melarang dan membatasi investasi AS pada entitas China di tiga sektor, yaitu semikonduktor dan mikroelektronika, teknologi informasi kuantum, dan sistem kecerdasan buatan tertentu.

 

Kami memproyeksikan IHSG pada perdagangan 14 - 18 Agustus 2023 akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat dengan menguji resistance classic di level 6924. Hal ini disebabkan oleh domestik yang menunggu perilisan data Neraca Perdagangan yang diproyeksi surplus sebesar US$2.7 miliar pada Juli 2023 atau turun dari surplus bulan Juni 2023 yang sebesar US$3,45 miliar, kata Sherly T Kirana & Hendra Wardana CTA CSA CIB selaku analis dari Stocknow.id dalam risetnya yang diterima EmitenNews.com