EmitenNews.com - Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Senin (5/12) ini terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan ini seiring dengan ekspektasi pelaku pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang akan mengendorkan kenaikan suku bunga.
Pada pukul 09.56 WIB Rupiah menguat 48 poin atau 0,31 persen ke posisi Rp15.377 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.425 per dolar AS.
"Rupiah masih berpeluang menguat hari ini terhadap dolar AS. Pasar masih mempercayai The Fed akan mengendurkan kenaikan suku bunga acuannya ke depan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Apalagi, lanjut Ariston, banyak analis memperkirakan resesi akan melanda perekonomian AS di mana situasi itu akan mendorong The Fed untuk tidak memberlakukan kebijakan moneter yang sangat ketat.
Selain itu, sikap pemerintah China yang melonggarkan pembatasan aktivitas dalam penanganan pandemi COVID-19, membantu memberikan sentimen positif ke aset berisiko.
"Kebijakan ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi China dan membantu perekonomian negara mitranya. Ini bisa mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Investor berharap langkah-langkah melonggarkan pembatasan pandemi di China pada akhirnya akan mencerahkan prospek pertumbuhan global dan permintaan komoditas.
Lebih banyak kota di China mengumumkan pelonggaran pembatasan pada Minggu (4/11) ketika Beijing mencoba membuat kebijakan nol-COVID-nya lebih bertarget dan tidak terlalu memberatkan setelah protes baru-baru ini terhadap pembatasan.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat ke arah Rp15.380 per dolar AS dengan potensi pelemahan Rp15.450 per dolar AS.(fj)
Related News
Bapok Tak Kena, Menkeu Pastikan PPN 12 Persen Penuhi Asas Keadilan
Pendapatan Negara Hingga November Rp2.492,7 Triliun, Tumbuh 1,3 Persen
Harga Emas Antam Terus Melambung Rp14.000 per Gram
Wamen PKP, Investor Timur Tengah Siap Bangun 1 Juta Rumah Per Tahun
Menkeu Ungkap November 2024 APBN Defisit Rp401,8 Triliun
Penjualan Ritel Diprakirakan Meningkat, Terutama BBM dan Suku Cadang