EmitenNews.com - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) menunjukkan kinerja keuangan yang positif di sepanjang Januari-September 2024, meski perseroan tidak lagi mencatatkan pendapatan sekali waktu (one off gain) tahun ini. Premi bruto TUGU menyentuh angka Rp6,9 triliun, atau naik 26 persen.

Mengacu pada laporan konsolidasian (nonaudit) per 30 September 2024, TUGU berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp552 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terlihat turun 51%.

Dalam keterangannya Rabu (30/10/2024), analis Phintraco Sekuritas Nur Wachidah mengatakan bahwa penurunan laba bukan menunjukkan kondisi kinerja perseroan yang memburuk. Faktor penyebab penurunan tersebut karena TUGU tidak lagi membukukan pendapatan sekali waktu dari kemenangan kasus atas Citibank (N.A).

Nur menjelaskan bahwa pendapatan sekali waktu ini bukan merupakan core operation TUGU, sehingga dalam memahami konteks laporan keuangan TUGU yang aktual perlu dilakukan penyesuaian dengan mengeluarkan pendapatan sekali waktu tersebut untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkret akan kinerja perseroan.  

“Apabila laba bersih tahun lalu dikurangi pendapatan lain-lain noncore yang nilainya mencapai Rp868 miliar, pertumbuhan laba bersih yang murni dari core operating TUGU sebenarnya melesat 115% sepanjang Januari-September 2024. Selain itu, kinerja 9 bulan juga menunjukkan bahwa sumber dari laba memang dari core operation yang semakin membaik” kata Nurwachidah, research analyst Phintraco Sekuritas.

Sebagai informasi, perseroan berhasil membukukan premi bruto senilai Rp6,9 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 26% year-on-year (yoy). Penyumbang terbesar dari pertumbuhan premi ini masih berasal dari segmen asuransi kebakaran.

Premi bruto asuransi kebakaran mencapai Rp2,9 triliun per akhir September 2024 atau naik 53% yoy dari periode yang sama tahun lalu. Kontribusi segmen ini ke total premi bruto perseroan mencapai 43% dan disusul oleh segmen asuransi aneka (miscellaneous) yang mencapai Rp 1,4 triliun yang juga naik 98% yoy menyumbang 20% dari total premi bruto. 

Total pendapatan underwriting TUGU mencapai 2,3 triliun atau naik 17% yoy. Sementara total pendapatan TUGU yang berasal dari pendapatan underwriting, pendapatan investasi dan pendapatan usaha lainnya mencapai Rp 3,2 triliun dan tumbuh 16% yoy. 

Ketika total pendapatan TUGU tumbuh double digit, total beban usaha perseroan tumbuh terbatas. Beban klaim neto perseroan hanya naik 9% yoy menjadi Rp 1,6 triliun akhir September 2024. Sedangkan beban operasional justru turun 5% yoy menjadi Rp 544 miliar pada waktu yang sama. 

Total beban usaha perseroan hanya naik 6% yoy menjadi Rp 2,4 triliun, meskipun ada peningkatan 17% yoy dari sisi beban operasional lainnya selaras dengan peningkatan pendapatan usaha lainnya. Di luar pendapatan/(beban) operasional lainnya, laba usaha TUGU tumbuh 57% yoy menjadi Rp 783 miliar. 

Nur juga menjelaskan laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk TUGU selama 9 bulan ini bahkan mencapai 79% dari estimasi laba bersih konsensus, artinya pencapaiannya di atas ekspektasi. Ini merupakan kinerja positif dan Ia optimistis,  sepanjang tahun 2024, TUGU dapat mengantongi setidaknya laba bersih Rp700 miliar.

"Dengan perolehan laba bersih (core) yang tumbuh signifikan serta lampaui estimasi konsensus, ini akan menjadi katalis positif untuk pergerakan harga sahamnya. Saat ini TUGU masih bergerak di kisaran rasio Price to Book Value (PBV) 0,4x. Masih jauh terdiskon dibandingkan dengan peers dan industri asuransi umum sampai 1x dan industri keuangan dengan PBV 1,96x. Ini menunjukkan potensi upside masih terbuka," urai Nur.

Saat ini konsensus analis memberikan rekomendasi beli saham TUGU dengan rata-rata target harga 12 bulan ke depan di Rp 2.050. Hal ini mengimplikasikan adanya potensi upside saham TUGU sebesar 81% dari harga penutupan terakhir apabila menyentuh nilai wajar yang dihitung oleh analis. ***