Sikapi AS, Produsen Sawit RI Bidik Pasar Baru di Mesir dan Afrika

Ilustrasi produk sawit Indonesia. Dok. Sawitkita.
EmitenNews.com - Amerika Serikat adalah pasar potensial sawit Indonesia. Selama ini, komoditas andalan RI itu, menjadikan AS sebagai pasar penting, dengan volume ekspor mencapai 2,5 juta ton pada 2023, atau naik tajam dari 1,5 juta ton pada 2020. Data GAPKI menunjukkan bahwa Indonesia menguasai 89 persen pasar sawit di Negeri Paman Trump itu. RI membidik pasar baru di luar AS, sampai ke Mesir, dan Afrika.
Seperti ditulis Kompas, dengan adanya ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump, yang besarannya 32 persen untuk Indonesia, para pelaku industri sawit bereaksi cepat. Meski akhirnya ditunda penerapannya hingga 90 hari ke depan, produsen sawit mulai membidik pasar alternatif seperti Mesir, kawasan Asia Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
Dalam keterangannya yang dikutip Ahad (13/4/2025), Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, mengungkapkan industri sawit Indonesia tengah menyusun strategi dalam menghadapi dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat, dengan mencari pasar ekspor baru.
Para pelaku industri harus menyikapi berjaga-jaga terhadap perkembangan yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Karena itu, meskipun penerapan tarif tersebut masih ditunda selama 90 hari sejak Rabu (9/4/2025), ketidakpastian ini mendorong pelaku usaha untuk tidak hanya bergantung pada pasar AS.
“Penundaan tarif ini memberi ruang untuk bernegosiasi, tetapi diversifikasi pasar tetap harus dilakukan. Kita tidak bisa hanya bergantung pada pasar yang selama ini sudah ada. Kita harus terus bergerak,” kata Ketua Umum GAPKI), Eddy Martono, kepada AFP pada Kamis (10/4/2025).
Bagaimanapun Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. Produksinya menguasai lebih dari setengah pasokan global. Minyak ini digunakan dalam berbagai produk mulai dari makanan, kosmetik, sampai obat-obatan, dan keperluan sehari-hari, seperti sabun.
Mengantisipasi penerapan kebijakan Presiden Donald Trump, pemerintah memutuskan memilih jalur negosiasi, sejalan dengan keputusan pemimpin ASEAN. Indonesia juga berencana mengirim delegasi ke Washington untuk melakukan negosiasi terkait tarif impor AS tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani telah mengumumkan rencana penurunan pajak ekspor minyak sawit mentah (CPO) untuk menjaga daya saing sawit Indonesia di pasar global.
Pemerintah juga menyatakan komitmen untuk meningkatkan impor dari AS guna menyeimbangkn neraca dagang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia akan membeli lebih banyak produk gas alam cair dan gas petroleum cair dari Amerika Serikat. ***
Related News

Kataliz AI Luncurkan SmartQA untuk Tingkatkan Efisiensi Penjualan

Siap Negosiasi, Indonesia Kirim BUMN Investasi di Negeri Paman Trump

Menkeu RI dan Australia Bahas Respons atas Kebijakan Tariff Trump

Cadangan Devisa Maret 2025 Bertambah USD2,6 Miliar

Laju Tertahan; Harga Emas Antam Turun Rp8.000 per Gram

Berakhirnya 33 Tahun Aktivitas Bisnis di Indonesia, Tupperware Pamit