EmitenNews.com - Saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) diperdagangkan dalam harga yang relatif stagnan, meskipun bursa efek bergerak dengan dengan volatilitas sangat tinggi. Meski demikian, ada potensi tersembunyi dari saham ini yang diprediksi akan melesat pada waktunya.

Dalam sebulan terakhir, saham EXCL yang akan segera merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN), dan PT Smart Telecom (SmartTel) ini bergerak pada rentang Rp2.220-2.310. 

Sebaliknya, IHSG bergerak dengan fluktuasi tajam pada rentang 6.246 hingga 7.325. Bahkan IHSG telah terkoreksi 11,4% sejak awal tahun. Posisi IHSG kini berada di level terendah dalam 3 tahun terakhir.

Penyebab amblesnya IHSG didorong oleh penurunan harga saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar (big caps). Saham-saham perbankan KBMI IV anjlok signifikan. Sementara saham-saham emiten telekomunikasi ada yang terkoreksi 13% hingga 40% sejak awal tahun.

Beberapa saham yang mendapat title saham milik konglomerat (saham konglo) bisa naik maupun turun belasan hingga puluhan persen dalam sehari. Begitu pula saham yang memiliki aksi korporasi backdoor listing, bisa mencapai level auto reject atas atau ARA.

Analis Trimegah Sekuritas, Sabrina, menilai stagnasi saham EXCL bukan karena fundamental perusahaannya, namun saham ini seperti "terkunci sementara" akibat aksi merger.

"Dengan penentuan harga buyback EXCL di Rp2.350 saat merger, maka harga sahamnya tidak akan bergerak jauh dari level ini. Namun, saat merger selesai, maka prospek perusahaan dan fundamental yang akan berbicara, ujarnya.

Pada tahun 2024, EXCL berhasil meraih pertumbuhan positif kinerja yang solid dengan pertumbuhan pendapatan yang meningkat sebesar 6% menjadi Rp34,40 triliun. Peningkatan pendapatan tersebut kemudian mendorong pertumbuhan EBITDA mencapai Rp 17,88 triliun, tumbuh 13% YoY, dengan EBITDA margin yang meningkat menjadi 52%.

Laba bersih XL Axiata pun ikut terdorong mencapai Rp 1,85 triliun, naik 45% YoY. Hingga periode akhir 2024 ini, XL Axiata juga berhasil meningkatkan Average Revenue Per User (ARPU) naik menjadi Rp 43 ribu. Kenaikan ARPU ini seiring dengan pertumbuhan trafik data yang meningkat 9% YoY, mencapai 10.547 Petabytes, yang juga ikut mendorong kenaikan kontribusi pendapatan layanan Data dan Digital hingga mencapai sebesar 92% dari total pendapatan.

Sabrina menambahkan faktor lainnya yang membuat EXCL menarik adalah emiten ini membagi dividen dengan imbal hasil atau yield yang menarik. Pada tahun buku 2023, EXCL membagikan dividen senilai Rp 635,6 miliar atau setara Rp 49 per saham. Sebelumnya pada 2022, dividen EXCL tercatat senilai Rp551,7 miliar atau setara Rp 42 per saham.

Pada 2021, EXCL tercatat membagikan dividen senilai Rp552,1 miliar atau setara Rp 51 per saham. Mundur ke 2020, EXCL menebar dividen senilai Rp 339,5 miliar atau setara Rp 32 per saham, sementara pada 2019 sebesar Rp215,7 miliar atau setara Rp 20 per saham.

Dalam dokumen rencana penggabungan usaha, EXCL berencana membagikan dividen sampai dengan USD 70 juta atau setara dengan Rp.1,108,8 milyar. Jumlah tersebut akan menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir, dan bisa menjadi  sinyal positif bagi investor yang mencari kestabilan aliran kas di tengah ketidakpastian pasar.

Dengan harga saham saat ini, yield dividen berpotensi mencapai 3,7%. Selain itu, harga saham EXCL yang terakhir tercatat di Rp 2.270 masih berada di bawah harga merger Rp 2.350, memberikan peluang return yang menarik sekitar 7%.

"Yang perlu diperhatikan apakah akan ada dividen tambahan atau tidak, karena biasa terjadi jelang merger akan ada dividen spesial bagi para pemegang saham," ujarnya.

Sabrina menambahkan dalam perspektif jangka panjang, saham EXCL dinilai sebagai pilihan investasi yang menjanjikan. Merger dengan FREN diperkirakan akan menciptakan sinergi pra-pajak senilai Rp 4,8 triliun hingga Rp 6,4 triliun per tahun dalam tiga tahun pasca-merger. Efek sinergi ini diharapkan mampu meningkatkan valuasi saham EXCL secara signifikan.

Dalam konsensus Bloomberg, sebanyak 26 dari 31 analis yang membahas saham EXCL memberikan rekomendasi beli. Sisanya, 4 analis menyarankan hold dan 1 analis menyematkan rekomendasi jual. Target harga saham EXCL menurut analis konsensus Bloomberg berada pada Rp2.907,14 untuk periode 12 bulan ke depan.

Christian Sitorus, analis riset dari MNC Sekuritas, juga menyambut baik langkah merger ini. Menurutnya, jika sinergi dapat terealisasi sebesar 5-10% di tahun-tahun awal, harga saham EXCL berpotensi naik hingga kisaran Rp 3.100 – Rp 3.400. Oleh karena itu, ia merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan pembelian saham EXCL sebagai bagian dari strategi investasi mereka.