Sistem Keuangan Berkelanjutan Berbasis ESG Hadapi Berbagai Tantangan
Dr. H. Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., M.P.A., M.A. Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia saat menjadi Keynote Speech Economi & Capital Market Outlook 2025 bersama Direksi SRO dan pakar di Pasar Modal di MainHallBEI. Foto/Rizki EmitenNews
Prinsip Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia didefinisikan sebagai dukungan menyeluruh dari industri jasa keuangan untuk pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup (OJK).
Keuangan berkelanjutan adalah konsep yang integratif, mencakup aspek lingkungan, sosial, dan tata Kelola Transformasi menuju pasar modal hijau didorong oleh kerangka peraturan, permintaan investor, dan tanggung jawab korporat.
Kesadaran isu lingkungan di sektor keuangan juga ditunjukkan oleh responden yang berinvestasi di pasar saham. Sebanyak 66,1% responden memiliki saham di perusahaan yang mengutamakan praktik ESG. Alasan terbesar memilih green investment disinyalir karena kemanaan yang ditawarkan oleh Perusahaan dengan reputasi yang baik 75,3% dan membantu menjaga lingkungan 61,8%.
Sebagai catatan industri keuangan di pasar modal Indonesia telah memberikan andil dalam menciptakan ekonomi hijau dengan berbagai cara. Mereka telah menggolontorkan triliunan dana guna menciptakan Industri Keuangan Berkelanjutan. Salah satunya BCA, mereka mengeluarkan Rp200 triliun lebih untuk green financing (BMRI Rp142 T, BBRI Rp83,3 T, dan BBNI Rp70,9 T).
Hanya saja, Dr. Yudi Priambodo Purnomo Sidi menilai masih adanya berbagai kendala seperti inkonsistensi data dan greenwashing perlu diatasi untuk mencapai tujuan keberlanjutan keuangan. Masa depan keuangan berkelanjutan menjanjikan berbagai peluang melalui inovasi teknologidan kerjasama lintas sektor.
Namun, hambatan dan tangan dalam memperoleh sumber keuangan global melalui green bond, harus dicermati dan diatasi bersama. Dr. Yudi Priambodo mencatat setidaknya ada 7 poin tantangan green bond, yaitu Praktik Greenwashing, Kesiapan Pasar, Permintaan dan Edukasi, Keterbtasan Produk Hijau, Kompleksitas dalam Pembiayaan dan Risiko Keuangan, Kurangnya Insentif, Peringkat Surat utang, Regulasi dan Pengawasan dan Ketidakpastian pasar.
Keuangan berkelanjutan adalah konsep yang integratif, mencakup aspek lingkungan, sosial, dan tata Kelola Transformasi menuju pasar modal hijau didorong oleh kerangka peraturan, permintaan investor, dan tanggung jawab korporat.
Masa depan keuangan berkelanjutan menjanjikan berbagai peluang melalui inovasi teknologi dan kerjasama lintas sektor. Indonesia diperkirakan akan mencapai target National Determined Contribution (NDC) sebesar 43,20% melalui bantuan international dan sebesar 31,89% tanpa bantuan Internasional. Panel yang dipandu moderator Ike Widiawati, menyimpulkan bahwa Industri pasar modal Indonesia perlu memperhatikan dan menerapkan konsep ESG, guna mendapat kepercayaan investor global.
Related News
Bank BJB (BJBR) Raih 2 Penghargaan Dalam Bidang ESG dan GCG
Kondisi Menantang, BTN Kuartal III 2024 Catat DPK Rp370,7 Triliun
IHSG Ditutup Turun 0,63 Persen, Saham dan Sektor Ini Pemicunya
Pemerintah Kantongi Rp20,3 Triliun Hasil Lelang 8 Seri SUN
BTN (BBTN) Groundbreaking Tiga Kantor Cabang di Jakarta
Siapkan Lelang Sukuk 3 Desember 2024, Pemerintah Bidik Rp9 Triliun