EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) memperkuat komitmen pengembangan pendidikan tinggi. Itu dilakukan melalui penandatanganan kerja sama strategis dengan Universitas Tanjungpura (UNTAN). Teken Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Memorandum of Understanding (MoU) di Pontianak, Kamis (7/11) itu, menandai babak baru dalam kolaborasi dekade kedua antara BTN dan UNTAN.

”Pendidikan merupakan pondasi fundamental pembangunan bangsa. Melalui kerja sama strategis dengan UNTAN dan berbagai perguruan tinggi terkemuka lainnya, BTN berkomitmen mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan nasional," tutur Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu.

Implementasi kerja sama mencakup beberapa inovasi strategis, termasuk pengembangan sistem pembayaran Host to Host (H2H) dan juga produk wholesale transaction yaitu Cash Management System (CMS). Terobosan itu, dirancang untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan akademik secara efisien dan terstruktur.

BTN juga mewujudkan dukungan konkretnya melalui, pengelolaan giro Rumah Sakit UNTAN, pengelolaan deposito, donasi 23 unit laptop untuk RS UNTAN, pembiayaan assessment dan Sistem Informasi Manajemen RS UNTAN, dan program beasiswa berkelanjutan senilai Rp1 juta per mahasiswa sejak 2021.

Sebagai bagian dari ekspansi jejaring akademik, BTN telah menjalin kemitraan strategis dengan enam perguruan tinggi terkemuka lainnya, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Andalas (UNAN), Universitas Diponegoro (UNDIP), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Bina Nusantara (BINUS), dan Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Pada kesempatan sama, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan UNTAN, Dr. M. Irfani Hendri, mengatakan kerja sama dengan BTN akan membantu upaya UNTAN mengembangkan ekosistem kampus berbasis teknologi digital, dan ekonomi hijau (ecogreen campus) melalui penataan aset-aset kampus. Itu dilakukan sebagai untuk meningkatkan daya saing kampus, dan kualitas pembelajaran era revolusi digital.

UNTAN memiliki delapan kawasan komprehensif tengah dikembangkan dalam menjadi kampus digital, dan ecogreen. Kedelapan kawasan itu, mencakup aspek-aspek memenuhi berbagai kebutuhan kampus, yakni pendidikan, kesehatan, permukiman, olahraga, teknologi digital, ekonomi kreatif, kuliner, dan eduwisata. Sebagai contoh, optimalisasi gedung perpustakaan sebagai pusat ekonomi kreatif, literasi digital, dan pengembangan layanan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa sebagai pusat eduwisata internasional.

Hingga kini, UNTAN memiliki 4.000 mahasiswa, 150 ribu alumni, 2.000 lebih dosen, dan pegawai. Melalui ekosistem besar, UNTAN berkomitmen berinovasi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung revitalisasi industri nasional, baik komunitas maupun dunia usaha. “Semoga kehadiran BTN menjadi langkah kolaborasi produktif, sinergi inovasi dapat memberi kemajuan bagi masyarakat, dan bangsa,” tukas Irfani.

Kinerja keuangan BTN dari sektor pendidikan menunjukkan tren positif signifikan. Itu tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk CASA, giro, dan deposito per Agustus 2024 dibanding periode sama tahun sebelumnya. BTN membukukan DPK dari institusi Rp201,2 triliun per Agustus 2024, naik 20,7 persen dari periode sama tahun lalu Rp166,7 triliun.

Nixon, dalam rangkaian acara tersebut, juga memberi kuliah umum mengenai urgensi adaptasi generasi muda terhadap transformasi digital, dan peningkatan kompetensi SDM dalam menghadapi era kompetisi global. Untuk menjadi digital talent, butuh growth mindset atau cara berpikir berorientasi pada pertumbuhan, senang bereksperimentasi, berkolaborasi, dan terbuka dengan perbedaan.

“Menjadi digital talent itu pada dasarnya tentang mindset, dan tata kelola. Dengan growth mindset, orang akan terus belajar, dan men-challenge diri sendiri, sehingga akan lebih efisien, dan kreatif. Urusan digitalisasi, misalnya, talent memiliki growth mindset akan mempelajari apa inovasi disukai, dan mudah digunakan orang,” ulas Nixon.

Selain growth mindset, talenta digital juga harus memiliki perilaku ditopang soft skill, dan hard skill. “Soft skill tidak kalah penting dari hard skill atau kemampuan teknis, karena terkadang sisi ini menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai sesuatu. Di antara soft skill ada berpikir kritis dan kreatif, mampu mengelola orang, mampu berkomunikasi, dan sebagainya. Ini penting untuk bisa beradaptasi di tengah perubahan,” pungkas Nixon. (*)