EmitenNews.com - Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025 segera berakhir. Kita akan memasuki tahun yang baru, 2026. Sepanjang tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik pada kisaran 20 persen mencapai 8.609,55 pada penutupan Jumat (19/12/2025). Capaian rekor tertinggi sepanjang sejarah IHSG tercipta pada Senin (8/12/2025) pada level 8.710.

Target IHSG yang sempat digadang-gadang sebagian kalangan termasuk Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, bisa mencapai level 9.000 pada akhir 2025, sepertinya memang takkan tercapai. Namun harus diakui bahwa capaian kenaikan IHSG tahun ini sebenarnya cukup mencengangkan.

Ingat, tema besar 2025 adalah tahun penuh ketidakpastian. Gejolak geopolitik global yang terus memanas, isu perang tarif, pelemahan daya beli, hingga bencana datang silih berganti.  

Awal tahun 2025, tepatnya bulan Maret, BEI bahkan sempat memberlakukan penghentian sementara perdagangan (trading halt) akibat IHSG yang sempat anjlok sampai 5 persen. Kebijakan otoritas yang terakhir kali pernah dilakukan saat pandemi Covid-19 tahun 2020.

Tak berhenti sampai di situ. Sebulan kemudian, tepatnya 8 April 2025, BEI kembali terpaksa melakukan kebijakan serupa. Pada perdagangan pagi saat IHSG dibuka sudah langsung turun 9,19 persen atau 598,56 poin ke level 5.912,06. Momen tersebut terjadi tepat usai libur panjang Lebaran. Salah satu penyebab utamanya adalah sentimen negatif pengumuman tarif dagang Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.  

Rekor dan Catatan

Capaian kenaikan yang beberapa kali berhasil menembus level tertinggi di sepanjang 2025 ini membuat IHSG disebut-sebut sebagai salah satu bursa terbaik di dunia. Beberapa emiten bahkan berhasil mencatatkan rekor kenaikan yang mencengangkan.

BEI sudah merilis empat emiten yang mencatatkan kenaikan tertinggi (top gainers) sepanjang 2025 yaitu: UDNG (9.304%), CBRE (5.478%), MGLV (2.720%) dan BUVA (2.420%). Selain empat emiten tersebut, masih ada beberapa emiten lain juga berhasil mencatatkan kenaikan tidak hanya ratusan melainkan ribuan persen di sepanjang tahun ini.

Mari sejenak berandai-andai. Misalnya kita punya modal saham UDNG senilai belasan juta rupiah, maka dengan rekor kenaikannya yang sangat fantastis tersebut, otomatis kita langsung punya uang miliaran dalam tempo kurang dari setahun.  

Di tengah ketidakpastian yang sedang melanda, IHSG kita justru sedang menikmati euforia pesta kenaikan harga beberapa saham yang kebanyakan berlatar belakang narasi aksi korporasi, kepemilikan konglomerasi, hingga saham-saham yang baru melantai di bursa (IPO).

Situasinya memang sungguh jauh berbeda dari kelaziman. Saham-saham lapis dua dan tiga mendadak menjadi penopang utama kenaikan IHSG menggantikan peran saham-saham bluechip yang mayoritas di antaranya saat ini justru malah berbalik menjadi pemberat IHSG.  

Secara historis, kinerja saham-saham bluechip sebenarnya selalu digambarkan sebagai simbol kekuatan dan pertumbuhan ekonomi sesungguhnya mengingat perusahaan-perusahaan tersebut menyasar berbagai sektor ekonomi dan pembangunan kita mulai dari perbankan, telekomunikasi, infrastruktur, konsumer, ritel, pertambangan, dan sebagainya.

Ini yang semestinya menjadi catatan penting bagi investor saham. Tak bisa dimungkiri bahwa pencapaian kenaikan IHSG sepanjang tahun 2025 ini seperti dikatakan beberapa ahli bisa dikatakan sebagai anomali.

Bahasa yang lebih sederhana, rekor kenaikan IHSG ini tidak berdiri di atas fondasi kokoh karena tidak menggambarkan fundamental ekonomi yang sesungguhnya. Beberapa analis juga sudah berkali-kali mengingatkan, sangat mungkin, euforia ini segera berakhir.

Ekspektasi dan Rasionalitas

Seperti biasa, akan muncul pandangan-pandangan berbeda saat menyikapi suatu isu/kondisi. Mereka yang optimistis pasti punya banyak alasan untuk berekspektasi lebih besar. Mereka percaya bahwa kenaikan IHSG merupakan gambaran bahwa ekonomi kita memang dalam kondisi baik-baik saja. Gambaran IHSG adalah cerminan ekonomi yang riil dan nyata adanya, seperti kata teori market efisien.            

Atau menggunakan alasan yang lebih maju lagi dengan dalil bahwa pasar saham selalu bersifat forward looking maka kenaikan IHSG saat ini justru mencerminkan ke depannya situasi ekonomi bakalan lebih optimistis dan cerah lagi. Dengan kata lain, pesta pasar saham justru baru saja dimulai.