Strategi Jitu Berinvestasi Saham Saat PPN Jadi 12 Persen
Papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Foto/Rizki EmitenNews
Selanjutnya adalah sektor transportasi dan logistik. Peningkatan tarif PPN akan berdampak pada peningkatan biaya transportasi dan logistik yang lebih mahal. Hal ini dapat menggerus margin perusahaan di sektor ini, terutama yang tidak mampu sepenuhnya meneruskan kenaikan biaya kepada pelanggan.
Setelah mengetahui sektor-sektor yang bisa terimbas akan kebijakan kenaikan tarif PPN, tentunya kita juga perlu tahu sektor apa saja yang berpotensi tahan banting terhadap kenaikan PPN ini:
1. Sektor perbankan
Sektor perbankan umumnya tahan banting terhadap kenaikan PPN dikarenakan mayoritas layanan inti perbankan tidak dikenakan PPN, sumber pendapatan utama berasal dari bunga kredit yang tidak terpengaruh pada PPN, kemampuan untuk mengalihkan biaya tambahan ke konsumen melalui biaya administrasi, dan peran vital dalam mendukung stabilitas ekonomi dan sentimen positif dari investor.
2. Sektor energi dan komoditas
Mengapa sektor ini berpotensi tahan banting terhadap kenaikan PPN? Sebagian besar produk energi dan komoditas dikategorikan sebagai produk mentah atau barang yang diambil langsung dari sumbernya, yang menurut regulasi perpajakan di Indonesia tidak dikenakan PPN. Selain itu, sektor ini juga memiliki kemampuan untuk mentransfer beban tambahan ke konsumen, permintaan global yang stabil untuk energi dan bahan mentah, dan peran strategis sektor ini dalam ekonomi yang sering dilindungi oleh kebijakan pemerintah.
Ketika kebijakan kenaikan PPN diumumkan, pasar saham biasanya bereaksi dengan volatilitas jangka pendek. Investor cenderung mengalihkan portofolionya ke sektor-sektor defensif atau yang memiliki eksposur internasional lebih besar. Namun, potensi rebound tetap ada jika pemerintah mampu menjaga stabilitas ekonomi dan memastikan implementasi kebijakan tidak menghambat aktivitas bisnis secara signifikan.
Mengatasi kebijakan kenaikan tarif PPN menjadi 12% di tahun depan, ada beberapa strategi investasi di IHSG yang bisa kita tempuh, seperti: diversifikasi portofolio di sektor-sektor yang lebih tahan terhadap fluktuasi daya beli masyarat, seperti perbankan dan energi. Fokus pada perusahaan dengan model bisnis yang kuat dan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan harga produk/jasa mereka, dan terakhir hindari saham sektor yang sangat bergantung pada konsumsi domestik hingga dampak kebijakan ini lebih jelas terlihat.
Related News
Dibalik Euforia Saham, Investasi atau Judi Terselubung?
Jika Bursa Efek Indonesia Buka 24 Jam
Berburu Cuan di Saham Melalui Window Dressing
Saham Energi Baru Terbarukan (EBT), Secerah Apa?
Melirik Saham-Saham Mantan LQ45
Dampak Kebijakan Pemutihan Utang Terhadap Saham Perbankan