EmitenNews.com -Sugeng Mulyadi, pria kelahiran Ngoro, Jombang pada 5 April 1972, adalah seorang pemimpin yang telah menorehkan prestasi gemilang di dunia korporasi Indonesia. Lahir dari keluarga sederhana yang terdiri dari enam bersaudara, tumbuh dalam lingkungan yang dekat dengan nilai-nilai keagamaan dan kerja keras, menjadikannya sosok yang berintegritas, adaptif, dan inovatif.

Sugeng memiliki latar belakang pendidikan yang solid, dimulai dari Sarjana Manajemen di Universitas Brawijaya Malang, kemudian melanjutkan studi Magister Manajemen dengan spesialisasi Finance di Universitas Gadjah Mada (UGM), dan meraih Magister Shipping & Transport dari Netherlands Maritime University, Rotterdam, Belanda. Tak hanya itu, Sugeng juga mengasah kemampuannya dengan mengikuti business course di UCLA, Amerika Serikat.

Karier Sugeng Mulyadi di Pelindo dimulai pada tahun 1997 sebagai staf treasury. Dengan dedikasi dan kerja keras, ia berhasil menapaki berbagai posisi strategis hingga akhirnya diangkat sebagai Direktur Utama PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), anak usaha Pelindo yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam perjalanannya, Sugeng dikenal memiliki kemampuan untuk menangani bisnis dengan mitra strategis baik dalam maupun luar negeri, sukses dalam implementasi program IPO, manajemen risiko, digitalisasi, transformasi, dan restrukturisasi organisasi.

Sebagai pemimpin, Sugeng sangat menekankan pentingnya integritas, inovasi, dan kerja keras dalam mencapai tujuan perusahaan. Baginya, kepemimpinan yang efektif tidak hanya tentang mencapai target, tetapi juga menciptakan nilai tambah dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Sugeng percaya bahwa hidup ini harus membawa cahaya, dengan memegang prinsip "urip iku kudu urup", yang berarti hidup harus bermanfaat bagi orang lain.

Dalam menghadapi krisis, Sugeng memiliki pendekatan yang khas, yaitu melalui konsolidasi internal, penyusunan strategi, dan implementasi yang terpantau dengan baik. Ia juga menekankan pentingnya sikap dan kesabaran, serta keterbukaan untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang positif. Baginya, krisis bukanlah akhir, tetapi kesempatan untuk bangkit dan menjadi lebih kuat.

Sugeng juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap keluarga dan lingkungan. Ia aktif dalam Yayasan Pendidikan dan Keagamaan Al Muhajirin Bahri sebagai Wakil Ketua Pengawas. Di tengah kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk mengembangkan keterampilan digital seperti video editing, yang menunjukkan komitmennya untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Di luar dunia kerja, Sugeng adalah pria yang gemar menjaga kesehatan melalui olahraga seperti golf, bersepeda, dan jalan sehat. Kegiatan bersama keluarga, terutama dengan ketiga anaknya yang saat ini menempuh pendidikan di lembaga pendidikan terkemuka, menjadi salah satu cara Sugeng mengimbangi kehidupan profesional dan pribadi. Ia percaya bahwa keluarga adalah faktor utama dalam karier, dengan anak dan istri sebagai sumber semangat dan dukungan.

Sugeng Mulyadi menjalani hidup dengan visi yang kuat, yaitu bekerja dengan jujur, berintegritas, bermanfaat bagi lingkungan, dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia meyakini bahwa dengan semangat yang tepat dan dedikasi yang tulus, setiap tantangan dapat dihadapi dan diubah menjadi peluang untuk kebaikan yang lebih besar.

Dengan perjalanan karier yang telah melampaui ekspektasi, Sugeng tetap berpegang pada prinsip hidupnya untuk selalu memberikan yang terbaik dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Sebagai seorang pemimpin, ia terus berusaha untuk menyala, memberikan manfaat bagi lingkungan dimanapun ia berada.

Sedangkan dalam keputusan besar kita harus melibatkan dan menjadikan orang tua sebagai pertimbangan dimana mereka telah memberikan darma bakhtinya kepada kita. Dari situ kita banyak belajar dari kasih sayang.

“Sebagai seorang muslim, tentu kita harus memulai sesuatu dengan Bismillahi Rohmani Rohim dimana sifat Alloh  SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu bersanding, dari sini kita belajar bahwa dasar perbuatan yang kita lakukan tidak boleh ada kebencian tapi harus kasih sayang dan itulah yang harus menjadi pedoman dalam menjalani hidup ini,” ujar kata Sugeng Mulyadi.

Secara filosofi Sugeng Mulyadi memegang prinsip "bahwa urip ini harus urup" dalam arti hidup ini harus membawa cahaya. Baik itu dari jabatan, harta bahkan ide-ide yang harus diberikan kepada masyarakat untuk kebaikan bersama.

Pria dengan tiga orang anak ini juga memiliki ciri khas khusus dalam menangani krisis seperti melakukan konsolidasi internal agar bisa bergerak bersama-sama, baru selanjutnya menyusun formulasi strategi, lalu ada implementasi yang juga harus dilakukan monitoring. Tak kalah penting adanya attitude dan kesabaran yang harus dipegang teguh karena mungkin dalam kondisi tertekan banyak emosi. Lalu Dia juga akan selalu terbuka agar melihat sesuatu dengan sudut pandang yang positif dan penuh pembelajaran.

“Agama juga harus menjadi pedoman utama dalam menentukan kebijakan yang lebih nyaman untuk di ambil. Pada akhirnya krisis itu tak melulu memburuk, ada waktunya untuk bangkit dimana kita harus mempersiapkan untuk itu sehingga jika kondisi sudah mulai membaik pasca recovery maka kita akan melesat lebih tinggi dari sebelumnya disebabkan mental dan mainsitenya sudah siap,” ucap Sugeng.

Sugeng juga memiliki sudut pandang yang luas dengan prinsip nilai-nilai kemanusiaan itu terbentuk dari nilai luhur seperti value gotong royong membangun, menghormati sesama dan toleransi, sehingga kita bisa bijaksana dalam setiap perilaku yang dilakukan. Jadi kembali lagi nilai-nilai itu tujuannya untuk memanusiakan manusia.

Sugeng memegang sebuah kalimat “Man Arofa Nafsahu Faqod Aroftu Rabbuhu” yang memiliki arti barang siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Jadi setiap hari harus introspeksi seperti apa perilaku kita dan seperti apa Tuhan kita dalam arti kita sadar diri bahwa hidup ini memiliki misi yang bisa membuat lebih tenang dan tidak mudah stres. Mendorong pemikiran mungkin ada hal yang tak kita senangi terjadi tapi bisa membuat lebih dekat dengan Tuhan, maka itu bukan musibah tapi hidayah.

Lalu Dia juga sangat menyukai sebuah doa yang tertera dalam Al-Quran surat al-Mukminun ayat 29, yaitu (Robbi anzilni munzalan mubarakan wa anta khairul munzilin.) “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”