Suku Bunga Global Ganjal Laju IHSG
Para pelaku pasar tampak antusias menyimak pergerakan IHSG. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diramal bergerak menguat terbatas. Sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 14 Oktober 2024, IHSG akan menguji level resistance lassic 7.592, dan support di posisi 7.436. Penguatan IHSG itu, akan dipengaruhi sejumlah faktor.
Faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga tinggi The Fed 5,25-5,5 persen, dan ketidakpastian penurunan suku bunga global. Lalu, dari sisi domestik, sentimen positif datang dari stabilitas politik pasca-pelantikan presiden baru, dan kebijakan Bursa Efek Indonesia terus dikembangkan.
Pekan lalu, IHSG parkir di level 7.520, dan diproyeksi bisa menuju level 7.600. Meski revisi target tahunan cenderung menurun. Sektor-sektor unggulan seperti finansial, konsumsi, dan infrastruktur diprediksi tetap menarik, dengan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan INDF menjadi fokus utama investor.
Berdasar data itu, StocKnow.id menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Antara lain Bank BTN (BBTN) Rp1.450 dengan take profit Rp1.495-1.530 per helai, dan stop loss di posisi Rp1.400 per eksemplar.
Bumi Serpong Damai (BSDE) Rp1.275 per lembar dengan take profit Rp1.310-1.340 per helai, dan stop loss Rp1.230. AKR Corporindo (AKRA) Rp1.520 dengan take profit Rp1.570-1.585 per lembar, dan stop loss Rp1.465 per helai.
Media Nusantara Citra (MNCN) Rp324 dengan take profit Rp334-342, dan stop loss Rp312. Menyudahi perdagangan Jumat, 11 Oktober 2024, IHSG menguat 40,52 poin alias 0,54 persen menjadi 7.520. Total volume perdagangan 15,5 miliar dengan nilai transaksi Rp7,0 triliun. (*)
Related News
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha
Transaksi Aset Kripto di Indonesia Hingga Oktober Tembus Rp475 Triliun