EmitenNews.com - PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) membukukan laba bersih sebesar Rp146 miliar hingga kuartal III/2025, turun 13% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, laba tersebut telah mencapai 85% dari revisi target laba bersih 2025, menandakan kinerja yang masih solid di tengah penurunan permintaan produk casing.

Penurunan laba sejalan dengan pendapatan usaha yang susut 11% YoY menjadi Rp715 miliar, terutama akibat penurunan volume penjualan produk Oil Country Tubular Goods (OCTG) casing, sementara penjualan tubing relatif stabil.

Direktur Utama SUNI, Willy Johan Chandra, menyampaikan bahwa penurunan pendapatan pada 2025 bersifat sementara, mengingat pengiriman tender besar tahun lalu telah selesai.

“Kinerja kuartal III masih cukup baik dan sesuai rencana strategis. Penurunan tahun ini terutama karena pengiriman casing dari tender-tender sebelumnya sudah selesai tahun lalu. Kini kami fokus memenangkan tender baru,” jelas Willy, Rabu (29/10).

SUNI tetap menunjukkan fundamental keuangan yang kuat, dengan ekuitas naik 5% menjadi Rp817 miliar dibandingkan periode yang sama 2024, dan rasio utang terhadap ekuitas (DER) tetap rendah di 0,46 kali, jauh di bawah batas ketentuan kredit 2,5 kali.

Dari sisi arus kas, SUNI mencatat arus kas operasi positif Rp105 miliar, meski turun 57% YoY karena peningkatan uang muka persediaan. Perseroan juga menggelontorkan investasi Rp164 miliar, naik 2% YoY, untuk mempercepat pembangunan pabrik kedua PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM) di Batam.

Fasilitas Plant 2 RTM ditargetkan beroperasi pada 2026 dan akan meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat, memperkuat posisi SUNI dalam industri peralatan pengeboran migas nasional.

“Pembangunan fisik plant 2 hampir selesai dan sebagian mesin sudah terpasang. Kami juga tengah mempersiapkan sertifikasi API agar pabrik baru dapat segera beroperasi,” tutur Willy.

Direktur Operasional Bambang Prihandono menambahkan, plant baru akan mendukung produksi tubing, wellhead, dan x’mas tree secara mandiri. SUNI juga telah merampungkan joint venture dengan Jiangsu Jinshi Machinery Group (JMP) melalui PT Petro Sinergy Manufacturing (PSM) yang kini telah beroperasi komersial dan mengantongi sertifikasi API serta TKDN.

“PSM kini menjadi aset strategis kedua SUNI untuk memproduksi wellhead dan x’mas tree berstandar internasional dengan TKDN tinggi,” ujar Bambang.

Sementara itu, Direktur Keuangan Freddy Soejandy menyebutkan bahwa total belanja modal (capex) tahun ini mencapai Rp205 miliar, dengan Rp164 miliar telah terealisasi hingga kuartal III/2025.

“Kami tetap fokus memperluas kapasitas produksi in-house melalui RTM. Pabrik baru akan menjadi penggerak utama pertumbuhan laba di tahun-tahun mendatang,” kata Freddy.

Meski pendapatan dan laba menurun tahun ini, manajemen optimistis fase ekspansi melalui plant kedua dan PSM akan memperkuat struktur bisnis SUNI ke depan.

Dengan CAGR laba bersih 63% dan penjualan 35% sepanjang 2021–2024, perseroan tetap berada dalam jalur pertumbuhan jangka panjang.

“Kami masih berada di jalur pertumbuhan yang sehat dan solid, serta siap memasuki fase ekspansi baru dengan kapasitas dua kali lipat pada 2026,” tegas Willy.