EmitenNews.com - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) bakal mempercepat persetujuan (approval) pengajuan kredit debitur menjadi hanya satu hari mulai tahun 2022. Langkah itu bisa memberikan pembiayaan perumahan mencapai 1,2 juta unit dalam kurun 5 tahun yakni periode 2021-2025.


Direktur Risk Management and Transformation BBTN, Setiyo Wibowo mengatakan, target itu dapat dicapai dengan penerapan teknologi informasi credit scoring atau pemeringkatan kredit.


Kata dia, teknologi itu telah mempercepat proses pengajuan kredit yang saat ini sudah bisa dilakukan persetujuan dalam waktu 2-3 hari setelah semua dokumen persyaratan pengajuan kredit dilengkapi. Sebelumnya proses pengajuan kredit berlangsung selama 7-8 hari.


"Saat ini proses bisnis sudah 50 persen digital, biro kredit sudah pakai robotik. Sudah tidak perlu ditelepon lagi. Dari sebelumnya 7-8 hari, sekarang 2-3 hari debitur sudah mendapat approval. Tahun depan, kami berharap persetujuan di hari yang sama, debitur akan dapat melakukan approval kredit," ujar Bowo di Jakarta, Minggu(10/10/2021).


Menurut Bowo, untuk mempercepat proses bisnis termasuk perkreditan, BBTN telah melakukan sentralisasi operation dari sebelumnya ditangani oleh kantor cabang. Saat ini, sudah ada enam kredit center di seluruh wilayah Indonesia.


"Sekarang trennya semua proses kredit ada di sentral, harapannya semua proses bisa seragam, dengan dukungan teknologi," papar Bowo.


Langkah ini, jelas dia, untuk mengurangi selisih antara kebutuhan rumah dan persediaan atau backlog perumahan di Indonesia.


“Sejalan dengan RPJM bahwa setiap tahun 200-300 ribu unit rumah sampai 2025 akan menyalurkan 1,2 juta rumah,” katanya.


Di sisi lain, Bowo menuturkan, meski dibayangi pandemi Covid-19, perseroan tetap optimistis bisa mencapai target The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada tahun 2025. Hal ini didorong salah satunya pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia masih terbuka dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia.


Menurut Bowo, suatu bank dikatakan sebagai mortgage bank bila memiliki portofolio KPR setidaknya 40 persen dari total penyaluran kredit. Di kawasan Asia Tenggara, baru ada DBS Group dan CIMB Group yang cukup kuat di segmen ini.


Dia menuturkan, dari sisi pertumbuhan aset, BBTN lebih baik dari DBS dan CIMB, namun dari kualitas dan return on equity (RoE) serta net interest margin (NIM), perseroan masih lebih rendah.


Untuk itu, lanjut dia, pada tahun 2025, perseroan menargetkan bisa memiliki RoE pada kisaran 16 persen hingga 18 persen dengan terus melakukan perbaikan proses bisnis. Adapun untuk mencapai target tersebut salah satu yang akan dilakukan perseroan yakni menurunkan biaya dana dengan menggenjot perolehan dana murah hingga dua kali lipat pada 2025 serta menjadi layanan keuangan paripurna.


"Bila dulu sebagai bank KPR, kita ingin jadi bank yang memberikan semua solusi ke nasabah. Kalau KPR di BTN harapannya semua transaksi juga melalui BTN. Apalagi saat ini mobile banking BTN sudah sangat user friendly bagi para nasabah," pungkasnya