EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup flat kemarin di kisaran 7.224. Itu disertai dengan net sell asing Rp458 miliar. Saham paling banyak dijual pemodal asing yaitu BBRI, BBCA, BREN, GOTO, dan BMRI.

Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas Fanny Suherman mengatakan hari ini, Kamis, 18 Juli 2024, IHSG berpotensi teknikal rebound seiring penguatan Rupiah setelah BI hold rate kemarin. Level support IHSG di 7.170-7200, dan level resist berada di posisi 7.260-7.300.

Wall Street bergerak berlawanan pada Rabu, 17 Juli 2024. Indeks S&P 500 dan Nasdaq anjlok karena perosotan saham-saham microchip menghadapi potensi peningkatan konflik perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Koreksi itu, memperburuk rotasi saham-saham teknologi megacap sedang berlangsung.

Indeks S&P 500 merosot 1,39 persen menjadi 5.588,27. Nasdaq Composite anjlok 2,77 persen menjadi 17.996,93. Dan, Dow Jones Industrial Average melejit 0,59 persen menjadi 41.198,08. Pemerintahan Joe Biden tengah mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang ketat terhadap Tiongkok membuat saham microchip turun 6,8 persen. 

Penurunan tersebut satu hari terbesar indeks Philadelphia SE Semiconductor sejak Maret 2020. Penurunan kelompok saham Magnificent 7, dipimpin oleh Nvidia dan Apple, menyeret Nasdaq 2,8 persen lebih rendah. Saham kecil Russell 2000 melonjak 11,5 persen dalam lima sesi sebelumnya.

Pasar saham Asia mixed setelah pasar lebih yakin terhadap penurunan suku bunga The Fed. Hingga akhir tahun suku bunga The Fed diperkirakan berada di kisaran 4,50-4,75 persen. Artinya, ada penurunan tiga kali dalam tiga pertemuan terakhir. Nikkei 225 Jepang turun 0,43 persen, Topix menguat 0,37 persen setelah survei Reuters Tankan menunjukkan peningkatan optimisme bisnis kalangan pabrikan besar Jepang. 

S&P/ASX 200 Australia naik 0,73 persen. Kospi Korea Selatan susut 0,80 persen, dan saham berkapitalisasi kecil Kosdaq merosot 1,21 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong surplus tipis 0,06 persen. Ekspor domestik non-minyak Singapura merosot lebih besar dari perkiraan pada Juni, menandai penurunan selama lima bulan berturut-turut. 

Angka tersebut turun 8,7 persen YoY dibandingkan dengan penurunan 1,2 persen diperkirakan konsensus. Pada basis MoM, domestik non-minyak Singapura secara tak terduga melorot 0,4 persen dibanding dengan ekspektasi pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Oleh sebab itu, BNI Sekuritas merekomendasikan saham berikut.

Bank BRI (BBRI) buy on weakness Rp4.700, cut loss jika break di bawah Rp4.600. Kalau tidak break di bawah Rp4.700, potensi naik ke Rp4.870-4.980 short term. Surya Internusa (SSIA) speculative buy Rp1.050, cut loss jika break di bawah Rp1.010. Jika tidak break di bawah Rp1.050, potensi naik ke Rp1.100-1.120 short term.

Elnusa (ELSA) speculative buy Rp505, cut loss jika break di bawah Rp500. Kalau tidak break di bawah Rp500, potensi naik ke Rp515-525 short term. AKR Corporindo (AKRA) speculative buy Rp1.500, cut loss jika break di bawah Rp1.470. Jika tidak break di bawah Rp1.500, potensi naik ke Rp1.520-1.535 short term.

Semen Indonesia alias SIG (SMGR) speculative buy Rp4.000-4.050, cut loss jika break di bawah Rp3.960. Jika tidak break di bawah Rp4.000, potensi naik ke Rp4.150-4.250 short term. Dan, Kalbe Farma (KLBF) speculative buy Rp1.560, cut loss jika break di bawah Rp1.530. Jika tidak break di bawah Rp1.560, potensi naik ke Rp1.590-1.610 short term. (*)