EmitenNews.com - Ini kemajuan dunia kedokteran di Tanah Air. Rumah Sakit Kariadi Semarang, Jawa Tengah, berhasil mengobati 52 pasien kelainan darah dengan teknologi cangkok sumsum tulang. Teknologi yang dikembangkan RS Kariadi tersebut menjadi terobosan pertama yang berhasil di Indonesia. 

Dalam keterangannya yang dikutip Minggu (11/8/2024), Ketua Tim Cangkok Sumsum Tulang (CST) RS Kariadi, Dr Damai Santosa, mengungkapkan, pihaknya sudah melayani cangkok sumsum tulang 52 pasien. Tahun ini, dua pasien. Pada 2023, ada 15 pasien. “Kita bisa melakukan pelayanan hitech untuk indonesia." 

Ada berbagai penyakit kelainan darah yang dapat diobati dengan teknologi cangkok sumsum tulang. Di antaranya leukimia, multipel mieloma, talasemia, limfoma atau kanker kelenjar getah bening. 

"Di RS Kariadi paling banyak pakai cangkok sumsum tulang dari penyakit multipel mieloma, limfoma, dan leukimia," beber Santosa. 

RS Kariadi telah memulai riset mengenai cangkok sumsum tulang sejak 1986 bersama sejumlah rumah sakit lainnya di Indonesia. Namun hingga kini hanya RS Kariadi yang bertahan dan sukses hingga melayani puluhan pasien. 

Pasien multipel mieloma yang menjalani pengobatan biasa akan kambuh setiap tahun. Dengan cangkok sumsum tulang, pasien dapat bertahan dari penyakit setidaknya 10 tahun. “Kelainan darah multipel mieloma, itu kelainan darahnya enggak mati-mati, terutama sel limposit melubangi tulang-tulang. Jadi kadang membuat patah tulang otomatis." 

Untuk menerima donor dalam cangkok sumsum tulang harus ada kecocokan antara pendonor dan penerima. Di samping itu, pengobatan dengan teknologi ini jauh lebih murah, khususnya bila dibandingkan biaya di luar negeri dengan teknologi yang sama. 

"Tahun lalu sekitar Rp350 juta di Indonesia, hanya kita melakukan rekapitulasi ulang kita akan sampaikan pada kebijakan di tarif kita. Kalau di dunia angkanya Rp1miliar-Rp1,5 miliar," katanya. 

Menariknya, pengobatan dengan teknologi ini dapat dicover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Namun seiring melonjaknya angka pengobatan, pihaknya dengan BPJS akan membuat regulasi mengenai hal-hal yang dapat diakomodir untuk pembiayaan BPJS. 

"Tahun sebelumnya itu lancar, tapi ini kasusnya makin banyak jadi tagihannya makin banyak. Nah ini mesti ada kriteria-kriteria yang harus kita sepakati," katanya. 

RS Kariadi merespon baik arahan Kemenkes RI agar satuan kesehatan lainnya dapat belajar ke RS Kariadi untuk turut mengembangkan teknologi tersebut di daerahnya masing-masing. Bagusnya lagi, RS Kariadi siap membantu, agar lebih banyak penderita yang bisa tertolong tanpa harus ke Semarang.

"Indonesia itu luas dan harus kita bantu dari teknologinya kita transfer ke mereka sehingga masyarakat kita banyak yang terlayani," kata Dr Damai Santosa. ***