Terus Ciptakan Pertumbuhan Baru, Aplikasi Senyum Mobile Jadi Andalan Holding UMi
Kemudian untuk Pegadaian, pada September 2021 cost of fund-nya mencapai 6,15%, dan pada September 2022 menjadi 4,69%, sedangkan PNM pada September 2021 cost of fund-nya sebesar 8,85% dan pada akhir kuartal III/2022 menjadi 7,85%.
“Akibatnya secara total seluruh Holding Ultra Mikro ini menghasilkan perbaikan efisiensi yang sangat baik di mana cost to income ratio (CIR) BRI dulu 42,1% sekarang turun menjadi 37,11%. Artinya terjadi peningkatkan efisiensi yang sangat baik,” kata Sunarso.
Sunarso lanjut menjelaskan bahwa CIR Pegadaian mencapai 63% pada September 2021, sedangkan September 2022 turun menjadi 60,06%. Demikian juga PNM, dari 77,40% sekarang sudah turun menjadi 60,19% pada periode yang sama.
“Saya kira ini, tidak bisa dipungkiri adalah keberhasilan dari proses digitalisasi, bisnis, underwriting, dan kemudian transaksi di yang kecil-kecil terutama yang di nasabah-nasabah Mekaar di PNM,” lanjutnya.
Nasabah pun kian bertumbuh. Sinergi ketiga entitas melalui Holding UMi menghasilkan pertumbuhan kredit secara total sebesar 13,9%. Sunarso merinci, PNM mampu menumbuhkan kreditnya setelah dibentuk holding sebesar 27,1%. Pertumbuhan tersebut dinilai sebagai penaikan kredit yang sangat agresif.
Kemudian Pegadaian mampu tumbuh 5,4%, sedangkan BRI sendiri untuk segmen UMi yang tergabung dalam bisnis mikro mampu tumbuh 14,0%. Atas pertumbuhan itu Sunarso menekankan bahwa pihaknya berkomitmen mengiringinya dengan penerapan manajemen risiko yang baik sehingga kualitas kredit terjaga.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M