EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mengeluarkan pengumuman Unusual Market Activity (UMA) terhadap tiga saham yang mengalami lonjakan harga di luar kebiasaan, yakni PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET), PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk. (GMTD), dan PT Pelayaran Jaya Hidup Baru Tbk. (PJHB).

Yulianto menyebut, informasi terakhir dari ketiga emiten tersebut telah dipublikasikan pada 12 November 2025 melalui situs resmi BEI, masing-masing terkait penjelasan volatilitas transaksi saham INET, laporan perubahan kepemilikan saham PJHB, serta laporan bulanan registrasi pemegang efek untuk GMTD.

Sebelum pengumuman UMA terbit, kinerja saham PJHB sejak debut IPO pada Kamis (6/11) sudah lebih dulu mencuri perhatian. Harga saham yang dilepas di level Rp330 melesat 203,03% atau naik 670 poin menjadi Rp1.000 per saham.

Sementara itu, saham INET mencatat reli beruntun dalam sepekan terakhir, naik 44,87% atau 140 poin ke Rp452. Dalam sebulan, saham ini juga melanjutkan kenaikan 54,55% dari Rp286 per 12 Oktober 2025. Secara triwulanan, INET bahkan masih menguat 56,74% dari Rp282 per 12 Agustus 2025, dan dalam setahun terakhir sudah melonjak 662,07% dari harga awal Januari 2025 di Rp442.

Adapun saham GMTD turut mengalami lonjakan harga dalam jangka pendek. Dalam sepekan terakhir, saham ini naik 40,91% dari Rp2.200, sedangkan secara bulanan meningkat 48,33% dari Rp2.090. Namun, sepanjang tahun berjalan, GMTD justru tercatat melemah 33,76% dibanding harga awal Januari 2025 di Rp4.680.

Hingga penutupan sesi I perdagangan Kamis (13/11), ketiga saham tersebut langsung terimbas, saham PJHB terpantau turun 8,50% atau 85 poin ke Rp915, INET melemah 2,21% ke Rp442, sementara GMTD terkoreksi 0,97% ke Rp3.070 per saham.

Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menjelaskan bahwa pengumuman UMA tidak serta-merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan pasar modal.

Selain mencermati keterbukaan informasi, BEI juga mengingatkan investor agar berhati-hati terhadap potensi risiko dari fluktuasi harga yang ekstrem.