Tanur Reverberatory menggunakan bahan bakar minyak dengan reduktor batu bara jenis antrasit yang lebih banyak dan membutuhkan biaya yang relatif besar.
Untuk mampu bersaing dengan industri pertambangan timah dunia, perseroan harus menekan biaya produksi sehingga penggunaan teknologi menjadi hal yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan ke depan.
Abdullah Umar berharap TSL Ausmelt Furnace mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40 persen dengan kapasitas produksi 40.000 ton timah kasar per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M