EmitenNews.com - Bank Jago (ARTO) semester pertama 2024 mencatat laba bersih Rp50 miliar. Melesat 23 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp41 miliar. Sukses itu berkat model bisnis mengedepankan inovasi, dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Itu menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan bisnis Bank Jago secara berkelanjutan.

Sampai Juli 2024, nasabah funding melalui aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 10 juta. Kalau dikalkulasi termasuk nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta. Mitra ekosistem strategis, di antaranya ekosistem GoTo serta platform reksadana online Bibit terhubung secara seamless dengan aplikasi Jago, berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan bisnis Bank jago. 

Itu terlihat salah satunya dari jumlah nasabah funding aplikasi Jago 66 persen dari mitra ekosistem. Pertumbuhan pengguna aplikasi Jago sejalan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp14,8 triliun sampai akhir kuartal II-2024 atau tumbuh 47 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp10,1 triliun. 

Di mana, 61 persen dari jumlah DPK atau sebesar Rp9,1 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sedangkan sisa 39 persen atau Rp5,7 triliun merupakan term deposit (TD). Melalui kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya, Bank Jago menyalurkan kredit Rp15,7 triliun per akhir kuartal II-2024 atau tumbuh 40 persen dari periode sama tahun lalu Rp11,2 triliun. 

Penyaluran kredit dilakukan secara berkualitas, dan mengutamakan prinsip kehati-hatian. Itu terefleksi dari rendahnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross 0,4 persen. “Bank Jago menjaga pertumbuhan bisnis positif dengan tetap mempertahankan kualitas. inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital merupakan model bisnis tepat bagi Bank Jago,” tutur Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung. 

Pertumbuhan kredit berkualitas mendorong aset Bank Jago menjadi Rp24,2 triliun, atau tumbuh 29 persen dari periode sama tahun lalu Rp18,9 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 50 persen, menunjukkan tingkat permodalan kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. 

Konsistensi menjaga pertumbuhan bisnis berkualitas juga mendorong tingkat profitabilitas Bank Jago makin baik. Per akhir Juni 2024 lalu, Bank Jago membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) Rp50 miliar atau tumbuh 23 persen dari perolehan Juni 2023 sebesar Rp41 miliar. 

Sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) Bank Jago tidak akan berhenti melakukan inovasi, dan kolaborasi dengan ekosistem digital. ”Kami percaya kombinasi inovasi dan kolaborasi dengan manajemen risiko dan tata kelola yang baik, merupakan landasan kuat bagi Bank Jago untuk bertumbuh lebih tinggi lagi,” tegas Arief. (*)