EmitenNews.com - Pembentukan FiberCo merupakan manifestasi dari strategi asset-light yang diadopsi oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) untuk membuka nilai tersembunyi dalam neraca keuangannya. 

Di industri yang sangat padat modal seperti telekomunikasi, memiliki aset fisik dalam skala besar sering kali menjadi beban akibat depresiasi yang tinggi dan siklus pemeliharaan yang mahal. Dengan mengalihkan sekitar 86.000 kilometer jaringan serat optik ke dalam entitas bersama, Indosat secara efektif mengubah aset tetap menjadi modal kerja yang dinamis sekaligus mempertahankan kontrol strategis melalui kepemilikan saham sebesar 45% di entitas baru tersebut.

Analisis Kinerja Keuangan: Fondasi Sebelum dan Sesudah Pembentukan FiberCo

Untuk memahami urgensi dari pembentukan FiberCo, investor perlu meninjau performa keuangan Indosat selama periode 2024 hingga kuartal ketiga 2025. Data menunjukkan bahwa meskipun Indosat menunjukkan pertumbuhan yang kokoh pasca-merger, terdapat tantangan pada sisi pendapatan yang memerlukan katalis pertumbuhan baru dari segmen non-seluler.

Pada tahun buku 2024, Indosat mencatat pendapatan sebesar Rp55,89 triliun, didorong oleh peningkatan ARPU seluler dan pertumbuhan lalu lintas data sebesar 12,2%. Namun, pada periode sembilan bulan pertama tahun 2025, total pendapatan turun tipis 1,6% menjadi Rp41,16 triliun.

Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh segmen seluler yang terkontraksi 1,9% akibat penurunan pendapatan dari layanan suara dan SMS yang tidak sepenuhnya terkompensasi oleh kenaikan layanan nilai tambah (VAS). 

Kondisi ini memberikan tekanan pada manajemen untuk segera melakukan monetisasi aset infrastruktur guna menjaga profitabilitas dan memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Penerimaan dana segar dari transaksi FiberCo senilai Rp14,6 triliun diproyeksikan akan memberikan dampak instan pada posisi kas perusahaan di tahun 2026. 

Per 30 September 2025, posisi kas Indosat berada pada level Rp2,43 triliun dengan total utang yang mencapai Rp54,29 triliun. Dengan suntikan dana dari FiberCo, Indosat memiliki fleksibilitas untuk melunasi utang jangka pendek, yang pada gilirannya akan memperbaiki rasio Net Debt to EBITDA yang saat ini berada di level 0,40x, serta meningkatkan Interest Coverage Ratio yang pada akhir 2024 berada di posisi 22,50x. 

Dinamika Operasional: Dari Kepemilikan Aset ke Model Open-Access

Aset yang dialihkan ke FiberCo mencakup jaringan tulang punggung (backbone), kabel laut domestik, serta akses infrastruktur menuju menara telekomunikasi dan kawasan bisnis. 

Strategi ini memiliki dua implikasi operasional yang krusial bagi investor. Pertama, dengan model open-access, FiberCo dapat menarik penyedia layanan telekomunikasi lain sebagai penyewa, yang berarti pendapatan FiberCo tidak hanya bergantung pada Indosat. 

Hal ini menciptakan aliran pendapatan yang lebih terdiversifikasi bagi entitas tersebut, di mana Indosat akan mencatatkan bagian labanya melalui metode ekuitas di laporan laba rugi.

Kedua, secara akuntansi, beban penyusutan infrastruktur serat optik yang selama ini membebani margin laba bersih Indosat akan berkurang signifikan. Sebagai gantinya, Indosat akan membayar biaya sewa penggunaan jaringan kepada FiberCo. 

Meskipun ini memunculkan biaya operasional baru, efisiensi yang didapat dari pengelolaan infrastruktur secara kolektif oleh mitra spesialis seperti Northstar diprediksi akan menghasilkan biaya per unit yang lebih rendah dibandingkan jika dikelola secara internal.

Kedaulatan AI dan Infrastruktur Masa Depan

Vikram Sinha, President Director & CEO Indosat, menegaskan bahwa FiberCo adalah katalis bagi transformasi Indosat menuju perusahaan berbasis AI. AI membutuhkan latensi yang sangat rendah dan lebar pita (bandwidth) yang sangat besar, yang hanya dapat disediakan secara andal oleh jaringan serat optik. 

Dalam konteks ini, FiberCo berfungsi sebagai "sistem saraf" bagi pusat-pusat data AI yang sedang dikembangkan oleh Indosat melalui kolaborasi dengan NVIDIA dan Cisco.