EmitenNews.com - Produk baja unggulan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) semakin kompetitif. Produk Hot Rolled (Baja Canai Panas) sukses menembus pasar ekspor. Perusahaan telah mengekspor baja hot rolled coil (HRC) 20 ribu ton ke Portugal, Italia, dan Spanyol.


Tahun lalu, Krakatau Steel mampu menurunkan biaya operasional hingga 41 persen. Terlebih dengan mulai penerapan harga gas industri USD6 per MMBTU. Selain itu, anak usaha Krakatau Steel PT KHI Pipe Industries (PT KHI), tahun lalu berhasil mengekspor produk pipa baja ke Australia total 4.370 ton.


”PT KHI menyuplai pipa baja dengan diameter 1.500 milimeter (mm) tebal 25 mm, dan panjang 50 m. Seluruh bahan baku utama produk pipa baja ini menggunakan Hot Rolled Coil (HRC) milik PT KS,” tutur Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, Senin (15/3).


Produksi pipa baja proyek ekspor itu, menjadi sukses tersendiri. Karena spesifikasi disyaratkan memiliki tingkat kesulitan tinggi. Baik segi pengujian, dimensi, dan ketebalan berada pada batas maksimum kapasitas mesin PT KHI dan Krakatau Steel. Selain itu, ada serangkaian tahapan pengujian oleh pihak ketiga menjadi tantangan dan berhasil dilakukan dengan baik. 


Untuk pasar dalam negeri, produk Krakatau Steel berperan penting dalam pembangunan infrastruktur. Salah satunya proyek fenomenal jalan tol layang Jakarta-Cikampek II, proyek Light Rapid Transit, Bandara New Yogyakarta International Airport, dan lainnya. 


Selain itu, produk pipa baja Krakatau Steel juga sangat strategis dalam hal infrastruktur sektor minyak dan gas. Sejak 2019, Krakatau Steel bersama anak usaha sudah menyuplai kebutuhan baja untuk API Series 120 ribu metrik ton (MT).  Sedang untuk kebutuhan Pipa migas, anak usaha PT KHI telah memasok 23.349 ton pada 2019 dan 36.149 ton pada 2020. ”Kami optimistis memenuhi permintaan baja domestik dengan catatan tidak ada unfair trade. Produk kami dapat diterima pasar global dan domestik dengan harga kompetitif,” tambah Silmy.


Produk baja impor terutama produk baja dari China mendapat banyak keringanan dari negaranya untuk bisa sampai ke Indonesia. Subsidi pemerintah China untuk tax rebate sangat mempengaruhi penurunan harga impor baja. Untuk itu, perlu dikuatkan kembali upaya penguatan pasar dalam negeri dengan serangkaian peraturan dan tindakan tegas jika terjadi kecurangan dalam perdagangan baja.


”Krakatau Steel mengapresiasi pemerintah mengadang arus deras produk baja impor masuk Indonesia 34 persen tahun lalu. Kini, kami dapat meningkatkan kinerja dengan menggenjot volume penjualan. Pemerintah mengoptimalkan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri) dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) untuk kebutuhan industri nasional,” pungkas Silmy. (abm)